Mengunjungi museum bisa menjadi pengalaman yang setengah menakutkan bagi banyak orang. Anda mendengarkan seorang pemandu yang penuh semangat menjelaskan tentang sejarah kaya dari artefak yang ada. Namun, di akhir tur, pemandu sering kali akan bertanya, "Ada pertanyaan?"

Banyak pertanyaan terlintas di pikiran Anda. Mengapa vas ini berwarna pink? Mengapa ekspresi pria dalam foto ini tampak begitu sedih? Mengapa orang-orang ini memiliki potret yang dipajang di museum? Namun, alih-alih mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda memilih untuk diam, khawatir dianggap bodoh.

Sebagai gantinya, Anda hanya bertanya tentang bagaimana artefak tersebut mempengaruhi identitas kelompok etnis tertentu pada masa kini. Tentu saja, ini membuat Anda merasa lebih terinformasi dan cerdas. Namun, sebenarnya, kunjungan ke museum seharusnya mendorong rasa ingin tahu, bukan malah mengekangnya.

Keyakinan inilah yang menjadi dasar kemitraan pertama organisasi kecerdasan buatan (AI) OpenAI dengan Museum Peranakan di Singapura. Pengumuman ini disampaikan pada forum OpenAI yang berlangsung selama acara teknologi ATxSummit pada hari Kamis, 29 Mei. Kemitraan ini bertujuan untuk membuat pengalaman mengunjungi museum menjadi lebih interaktif dan mendidik.

Kolaborasi percontohan ini dilakukan bersama Ask Mona, sebuah studio AI asal Prancis yang memanfaatkan model bahasa besar dari OpenAI untuk meningkatkan pengalaman budaya. Melalui kemitraan ini, pengunjung museum kini dapat "berbicara" dengan artefak tertentu melalui percakapan yang dihasilkan oleh AI, menggunakan aplikasi web Ask Mona, yang dapat diakses melalui perangkat seluler mana pun. Aplikasi ini akan tersedia untuk umum hingga 6 Juli.

Artefak yang dipilih untuk proyek ini mencakup pakaian tradisional Peranakan, sebuah guci kamcheng (sejenis guci porselen yang sering kali dihias), serta berbagai gambar yang menggambarkan berbagai aspek dan tokoh penting dari budaya Peranakan. Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan pengunjung tidak hanya dapat memahami artefak lebih dalam, tetapi juga merasa lebih terlibat dalam pengalaman belajar mereka.