Siap-siap terkejut! Bayangkan ChatGPT, chatbot canggih buatan OpenAI, kalah dari mesin catur Atari kuno yang hanya memiliki kemampuan 8-bit. Ini bukan skenario film, melainkan realita yang terjadi ketika seorang insinyur perangkat lunak bernama Robert Caruso memutuskan untuk mengatur pertandingan yang sangat tidak biasa.

Semua bermula dari percakapan santai antara Caruso dan ChatGPT mengenai penggunaan AI dalam permainan catur. Dengan percaya diri, ChatGPT menantang Atari 2600 yang berusia 46 tahun untuk bertanding. Mesin catur legendaris ini, yang dirilis pada tahun 1977, hanya dapat memprediksi 1 hingga 2 langkah ke depan, tapi itu tidak menghentikannya untuk memasuki arena.

Selama pertandingan yang berlangsung selama 90 menit di emulator Stella, ChatGPT mengalami banyak kebingungan: dari mengira benteng adalah gajah, hingga lupa di mana posisi bidak-bidaknya. Mengubah tampilan antarmuka ke notasi aljabar standar—yang diharapkan Caruso bisa membantu ChatGPT lebih memahami permainan—ternyata tidak memberikan hasil yang lebih baik. Atari akhirnya memenangkan pertandingan dengan cara yang sangat sah.

Setelah kekalahan tersebut, Copilot dari Microsoft pun ikut bertanding, tetapi hasilnya tidak lebih baik. Meski mengklaim bisa 'memikirkan 10-15 langkah ke depan', Copilot kehilangan dua pion, satu kuda, dan satu gajah dalam tujuh langkah pertama, sebelum akhirnya terpaksa menyerah setelah gerakan ratu yang ceroboh.

Ada harapan di ujung terowongan: AI Gemini dari Google. Setelah melihat pertandingan sebelumnya, Gemini dengan bijaksana memutuskan untuk tidak melawan Atari, dengan alasan bahwa mereka akan 'berjuang keras' dan lebih memilih untuk menghindari risiko. Keputusan ini menunjukkan bahwa meskipun mereka adalah AI canggih, ada batasan pada kemampuan mereka dalam hal logika dan memori.

Kemenangan Atari atas model bahasa besar yang paling maju di dunia bukan hanya mengejutkan, tetapi juga menggambarkan keterbatasan AI saat ini. Di era di mana AI semakin manusiawi, kekalahan ini menunjukkan bahwa meskipun alat ini handal dalam memprediksi bahasa, mereka belum tentu pandai dalam penalaran terstruktur yang membutuhkan logika dan ingatan yang ketat.