Penelitian Mendesak Perubahan dalam Pengembangan Antibiotik untuk Mengatasi Resistensi Antimikroba

Dalam sebuah artikel yang ditinjau sesuai dengan proses editorial dan kebijakan Science X, peneliti dari King's College London telah mengeluarkan seruan mendesak untuk melakukan perubahan dalam cara pengembangan antibiotik baru. Hal ini penting untuk mengatasi masalah yang semakin meningkat terkait resistensi antimikroba (AMR) yang mengancam kesehatan global.
Dalam kajian terbaru yang dipublikasikan di npj Antimicrobials and Resistance, para penulis menjelaskan berbagai hambatan ilmiah, ekonomi, dan regulasi yang menghambat kemajuan dalam melawan infeksi bakteri yang sangat resisten. AMR telah menjadi krisis kesehatan global yang semakin parah, dihubungkan dengan hampir 5 juta kematian setiap tahun. Tanpa tindakan efektif, angka ini dapat meningkat hingga 10 juta kematian setiap tahunnya pada tahun 2050.
Salah satu ancaman terbesar berasal dari bakteri Gram-negatif. Di antara mereka adalah Klebsiella pneumoniae, yang dapat menyebabkan infeksi aliran darah yang mematikan akibat prosedur medis sederhana di rumah sakit, dan Acinetobacter baumannii, yang dapat menyebabkan pneumonia terkait ventilator. Meskipun begitu, sangat sedikit antibiotik baru yang berhasil masuk ke pasar dalam dua dekade terakhir. Kebutuhan akan antibiotik baru sangat mendesak, namun proses pengembangannya tetap sangat sulit.
Salah satu tantangan utama adalah faktor ekonomi. Antibiotik biasanya digunakan dalam jangka waktu yang singkat dan hanya digunakan saat diperlukan untuk memperlambat perkembangan resistensi. Hal ini menyebabkan antibiotik menghasilkan pendapatan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat-obatan untuk penyakit kronis seperti kanker, yang digunakan dalam jangka waktu lebih lama dan lebih menguntungkan.
Akibatnya, banyak perusahaan farmasi besar di dunia, seperti AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan Pfizer, telah mundur dari penelitian antibiotik. Para penulis berpendapat bahwa model baru diperlukan untuk membuat pengembangan antibiotik lebih menarik bagi industri. Mereka menekankan pentingnya memisahkan keuntungan dari volume antibiotik yang terjual. Kombinasi insentif dapat membantu: insentif dorongan seperti hibah penelitian dan pemotongan pajak untuk mendukung penelitian tahap awal, dan insentif penarikan seperti penghargaan masuk pasar atau pembayaran langganan untuk mendukung produk yang berhasil.
Dalam ulasan tersebut, Model Langganan Produk Antimikroba dari Inggris dijadikan contoh positif. Diluncurkan pada tahun 2022, model ini memberikan pembayaran tetap tahunan kepada perusahaan untuk akses ke antibiotik baru, terlepas dari seberapa banyak yang digunakan. Usulan Undang-Undang PASTEUR di AS mengikuti pendekatan serupa.
Hambatan regulasi juga menjadi penghalang utama. Uji klinis untuk antibiotik sering kali besar, kompleks, dan mahal, dengan kesulitan dalam merekrut pasien yang sesuai. Standar yang berbeda di berbagai negara juga membuat prosesnya semakin rumit. Para penulis menyerukan adanya koordinasi global yang lebih baik dan panduan yang lebih jelas mengenai desain dan evaluasi uji coba, agar proses persetujuan menjadi lebih efisien dan dapat diprediksi.
Ada beberapa tantangan ilmiah dalam mengembangkan antibiotik baru untuk bakteri Gram-negatif. Ini mencakup perjuangan untuk mengatasi membran luar yang keras dan pelindung, yang menghalangi banyak obat untuk memasuki. Selain itu, bakteri ini memiliki mekanisme resistensi seperti pompa efusi yang mengeluarkan antibiotik dan enzim yang memecahnya.
Selain itu, tantangan besar lainnya adalah mengidentifikasi target obat baru dan senyawa efektif yang mampu membunuh organisme yang sangat resisten ini. Ulasan tersebut menekankan perlunya menggabungkan berbagai bidang keahlian untuk menghidupkan kembali penemuan antibiotik. Pendekatan ilmiah baru termasuk penggunaan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi molekul yang menjanjikan, menjelajahi lingkungan yang kurang dipelajari seperti laut dalam, dan memeriksa mikrobioma langka. Pendekatan non-tradisional seperti terapi fag juga sedang dieksplorasi, meskipun ini juga menghadirkan tantangan tersendiri.
Penulis utama, Miraz Rahman, Profesor Kimia Obat dan Pemimpin Tema Penelitian Antimikroba di King's College London, menyatakan, "Menghidupkan kembali jalur antibiotik akan memerlukan kerja sama di seluruh akademisi, industri, kebijakan, dan sistem kesehatan global. Kita membutuhkan tidak hanya ilmu pengetahuan yang inovatif tetapi juga lingkungan ekonomi dan regulasi yang mendukung untuk membawa antibiotik baru kepada pasien."
Ulasan ini merupakan seruan untuk bertindak kepada para ilmuwan, pengembang obat, pemerintah, dan semua pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh dalam jalur pengembangan antibiotik. Ulasan ini menggambarkan lanskap yang menantang saat ini dan menghadirkan jalur praktis ke depan yang mendesak pemangku kepentingan untuk bekerja sama menjaga masa depan kedokteran modern.
Untuk informasi lebih lanjut: Gargate, N., et al. Current economic and regulatory challenges in developing antibiotics for Gram-negative bacteria. npj Antimicrobials and Resistance (2025). doi.org/10.1038/s44259-025-00123-1