Pavel Durov: Pengusaha Kontroversial dan Warisan Genetiknya

Pavel Durov telah lama hidup tanpa batas, menjadi miliarder yang berkeliling dunia, terkenal dengan foto-foto tanpa baju, kambing bayi, dan keyakinan kuat dalam kebebasan digital. Selama lebih dari satu dekade, pendiri dan CEO Telegram yang lahir di Rusia ini telah memposisikan dirinya sebagai sosok anti-establishment, melindungi komunikasi pribadi untuk lebih dari 900 juta pengguna sambil menolak tekanan pemerintah, baik yang demokratis maupun yang tidak.
Durov, yang ditangkap di Paris tahun lalu karena dugaan bahwa platformnya digunakan untuk kegiatan ilegal termasuk perdagangan narkoba dan distribusi materi penganiayaan seks anak, kini menjadi sorotan media karena hal yang lebih pribadi: menjadi ayah dari lebih dari 100 anak di 12 negara melalui sumbangan sperma secara anonim.
Belum menikah dan memilih untuk hidup sendirian, miliarder berusia 40 tahun ini mengonfirmasi melalui saluran Telegramnya dan dalam wawancara terbaru dengan majalah politik Prancis, Le Point, bahwa ia memiliki enam anak dengan tiga pasangan, serta lebih dari 90 anak lainnya yang dikandung melalui IVF menggunakan sperma miliknya.
“Ini adalah wawancara terbesar yang pernah saya lakukan—dan yang pertama saya berikan kepada pers Prancis. Orang-orang berhak untuk diinformasikan! Saya diberitahu versi bahasa Inggrisnya juga akan segera hadir, jadi tetaplah ditunggu,” tulis Durov di Twitter.
Durov bahkan mendanai perawatan gratis bagi mereka yang bersedia menggunakannya. Ia melihat ini sebagai tanggung jawab sosial, mengenang bagaimana sebuah klinik pernah memberitahunya bahwa “bahan donor berkualitas tinggi” miliknya sangat langka. Sekarang, ia mengatakan, ia ingin membantu menghilangkan stigma seputar sumbangan sperma dan memastikan bahwa kekayaannya yang diperkirakan mencapai USD 14 miliar dibagikan secara adil kepada semua anak biologisnya.
“Mereka semua adalah anak saya dan akan memiliki hak yang sama! Saya tidak ingin mereka saling bertikai setelah kematian saya,” jelasnya kepada Le Point.
KEMUNCULAN PRONATALISME
Cita-cita Durov untuk memperluas warisan genetiknya mencerminkan tren yang semakin meningkat di kalangan para raja teknologi. CEO Tesla dan pria terkaya di dunia, Elon Musk, telah berulang kali memperingatkan tentang “keruntuhan populasi” dan telah memiliki 11 anak, mendorong bahwa orang-orang yang cerdas dan mampu seharusnya memiliki lebih banyak keturunan.
Ideologi ini, yang dikenal sebagai pronatalisme, memandang prokreasi sebagai tanggung jawab sosial atau bahkan evolusioner, terutama bagi mereka yang memiliki kekayaan atau kecerdasan.
Namun, para kritikus memperingatkan tentang jebakan etika, mulai dari risiko inses yang tidak disengaja hingga stres psikologis di antara anak-anak yang lahir dari donor. Meskipun kekhawatiran etika semakin meningkat, masih belum ada hukum global yang ketat yang mengatur berapa banyak anak yang dapat dilahirkan dari satu donor sperma. Sementara negara-negara seperti Prancis memberlakukan batasan nasional, negara lain, termasuk Rusia dan Amerika Serikat, tidak memiliki batasan hukum pada jumlah sumbangan yang dapat dilakukan oleh satu individu.