Isu-Isu yang Mungkin Dibahas AS dan Tiongkok

Jonathan Josephs, reporter bisnis, melaporkan bahwa ada rasa optimisme yang jelas dari kedua pihak setelah pertemuan akhir pekan lalu di Jenewa. Namun, meskipun ada harapan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang membuahkan hasil. Dengan adanya penangguhan tarif selama 90 hari, baik AS maupun Tiongkok kini memiliki lebih banyak waktu untuk membuat kemajuan dalam negosiasi, tetapi daftar keluhan yang diajukan oleh AS sangat panjang.
Sejak lama, Presiden Trump tidak puas dengan fakta bahwa AS membeli jauh lebih banyak barang dari Tiongkok dibandingkan yang dijualnya. Ketidakseimbangan perdagangan ini menjadi salah satu fokus utama negosiasi. Selain itu, ada juga kekhawatiran mengenai kurangnya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan Amerika di Tiongkok. Hal ini termasuk isu transfer teknologi yang dipaksa, yang sering dikeluhkan oleh para pengusaha AS.
Ketidakpuasan juga berlanjut terkait subsidi yang diduga diberikan oleh pemerintah Tiongkok kepada perusahaan-perusahaan mereka, yang dianggap memberikan keuntungan yang tidak adil. Beijing, di sisi lain, menanggapi dengan mengatakan bahwa Washington juga melakukan praktik serupa. Dalam beberapa industri, seperti produksi baja dan aluminium, subsidi tersebut diklaim mendukung kelebihan produksi yang pada gilirannya mendorong harga global turun. Tiongkok juga telah menolak argumen ini, menegaskan bahwa mereka beroperasi dalam batas-batas yang wajar.
Selain masalah tersebut, terdapat juga perbedaan pandangan mengenai regulasi di berbagai industri, mulai dari makanan hingga kosmetik. Perbedaan-perbedaan ini telah berkembang selama bertahun-tahun, sehingga sulit untuk membayangkan semua isu dapat diselesaikan menjelang bulan Agustus. Namun, kemajuan yang substansial tentunya akan meredakan ketegangan antara kedua negara yang saat ini menjadi perhatian dunia.