Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengonfirmasi adanya dua kasus polio di Papua Nugini (PNG), menandai wabah pertama di negara tersebut sejak 2018. Sekitar lima tahun yang lalu, wabah sebelumnya berhasil diatasi, namun kini muncul kembali kekhawatiran akan penyebaran virus ini.

Kedua anak yang terdiagnosis polio ini adalah bagian dari kelompok rentan di bawah usia lima tahun. Menyikapi situasi ini, pejabat kesehatan PNG kini mengarahkan perhatian mereka untuk mempercepat program vaksinasi, dengan prioritas utama pada anak-anak kecil yang paling berisiko terinfeksi.

Pada bulan Maret tahun ini, virus polio tipe 2 telah terdeteksi dalam sampel limbah di beberapa daerah, yang memicu kampanye pengawasan di kota-kota besar seperti Lae dan Port Moresby. Kasus ini menunjukkan adanya transmisi komunitas, dimana program penyaringan menemukan virus yang menyebar dengan cepat pada kedua anak sehat tersebut.

Wabah ini telah menciptakan ketidakpastian di kawasan sekitarnya, karena WHO menyatakan bahwa strain virus yang terdeteksi di PNG memiliki hubungan genetik dengan strain yang beredar di Indonesia, yang berbatasan langsung dengan PNG. Hal ini menimbulkan risiko serius tidak hanya bagi PNG, tetapi juga bagi negara-negara tetangga lain di wilayah tersebut.

Menurut Dr. Sevil Huseynova, perwakilan WHO di PNG, “Polio di mana pun adalah ancaman di mana saja, terutama bagi anak-anak kita. Virus polio di Papua Nugini bisa menyebar ke negara-negara tetangga dan di seluruh dunia.” Pernyataan ini menyoroti pentingnya tindakan cepat dalam menghadapi wabah ini.

Dalam kasus polio, mayoritas orang yang terinfeksi tidak akan menunjukkan gejala, meskipun beberapa dapat mengalami penyakit mirip flu. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan permanen. WHO menyatakan bahwa satu dari 200 orang yang terinfeksi dapat mengalami akibat yang parah tersebut, menekankan urgensi untuk melindungi anak-anak melalui vaksinasi.

Sistem imunisasi di PNG selama ini tergolong rendah, dan sistem pengawasan yang tidak optimal membuat negara ini sangat rentan terhadap penyebaran virus. WHO dan UNICEF kini telah meluncurkan program vaksinasi darurat untuk menanggulangi wabah ini, dengan fokus pada populasi kunci dan anak-anak di bawah lima tahun.

Upaya cepat dari Kementerian Kesehatan PNG, dengan dukungan dari WHO dan UNICEF, akan mencakup vaksinasi massal dan peningkatan pengawasan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari virus polio. Kampanye ini sangat penting, terutama mengingat polio adalah penyakit yang sangat menular.