Tantangan Apple dalam Memperkenalkan Fitur AI di Cina di Tengah Ketegangan AS-Cina

Apple, raksasa teknologi asal Amerika, percaya bahwa kesuksesan masa depan iPhone sangat bergantung pada ketersediaan fitur kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) yang baru. Namun, ketegangan yang terus meningkat antara Washington dan Beijing berpotensi mengganggu rencana perusahaan tersebut untuk menghadirkan teknologi AI di pasar kedua terpentingnya, yaitu Cina.
Dalam beberapa bulan terakhir, pejabat Gedung Putih dan Kongres telah melakukan pengawasan terhadap rencana Apple untuk menjalin kesepakatan dengan Alibaba, salah satu perusahaan teknologi terbesar di Cina, guna menghadirkan kemampuan AI dari Alibaba pada iPhone di pasar Cina. Tiga sumber yang akrab dengan perundingan tersebut mengungkapkan bahwa ada kekhawatiran bahwa kesepakatan itu bisa membantu perusahaan Cina dalam meningkatkan kemampuan kecerdasan buatan mereka, memperluas jangkauan chatbot yang ada dengan batasan sensor, dan memperdalam keterpaparan Apple terhadap undang-undang Beijing mengenai sensor dan berbagi data.
Pengawasan ini merupakan contoh terbaru dari tantangan yang dihadapi Apple saat berusaha untuk mempertahankan bisnisnya di Amerika Serikat dan Cina, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik. Tiga tahun lalu, pemerintah AS berhasil menekan perusahaan tersebut untuk membatalkan kesepakatan pembelian chip memori dari pemasok Cina, Yangtze Memory Technologies Corporation (YMTC). Belum lama ini, Apple juga menghadapi tantangan dari tarif yang dikenakan pada produk-produk yang dibuat di Cina, seperti iPhone, yang mengancam untuk menggerogoti keuntungan perusahaan.
Menarik diri dari kesepakatan dengan Alibaba akan memiliki konsekuensi yang jauh lebih serius bagi bisnis Apple di Cina, yang menyumbang hampir sepertiga dari total penjualannya. Kerja sama dengan perusahaan teknologi Cina ini sangat penting untuk menghadirkan fitur AI ke iPhone di salah satu pasar yang paling diatur dan kompetitif di dunia. Tanpa kemitraan dengan Alibaba, iPhone berisiko tertinggal di belakang smartphone dari pesaing Cina seperti Huawei dan Xiaomi, yang sudah dikenal dengan inovasi teknologi mereka yang cepat.