Pangkalan perikanan industri kini sedang mengalami peningkatan yang sangat signifikan dalam jumlah bycatch, yang mencakup hampir setengah juta hiu biru yang terancam punah di Samudera Pasifik Barat dan Tengah saja. Hal ini terungkap melalui analisis terbaru saat dunia bersiap untuk menyelesaikan perjanjian laut baru.

Komisi Perikanan Pasifik Barat dan Tengah melaporkan bahwa pada tahun 2023, sebanyak 438.500 hiu biru ditangkap, berdasarkan data terkini yang tersedia. Jumlah ini mencerminkan sebuah krisis yang mendalam dalam upaya pelestarian spesies yang terancam dan menunjukkan dampak dari praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan.

Jika hiu-hiu biru tersebut disusun dari kepala hingga ekor dalam satu garis lurus, panjangnya akan mencapai 900 kilometer, sama dengan jarak dari Sydney ke Melbourne, dan bahkan lebih jauh dari perjalanan pulang pergi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Ini adalah gambaran yang sangat mencolok mengenai skala masalah yang kita hadapi saat ini.

Berat bycatch dari hiu biru tersebut mencapai 48.200 ton. Analisis yang dilakukan oleh Greenpeace terhadap laporan-laporan sebelumnya sejak tahun 1991 menunjukkan bahwa angka ini adalah yang tertinggi yang pernah tercatat. Ini bahkan lebih dari dua kali lipat jumlah 23.466 ton metrik yang ditangkap pada tahun 2015. Peningkatan jumlah tersebut bukan hanya menunjukkan kerugian ekonomi yang mungkin dialami oleh industri perikanan, tetapi juga menggambarkan dampak buruk bagi ekosistem laut dan keanekaragaman hayati yang sangat penting bagi planet kita.

Dengan semakin mendesaknya permasalahan ini, harapan untuk mencapai perjanjian perlindungan lautan yang efektif menjadi semakin penting. Krisis bycatch tidak hanya mengancam kehidupan hiu biru dan spesies lainnya, tetapi juga menantang kebijakan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Para pengambil keputusan di seluruh dunia perlu bekerjasama untuk menemukan solusi yang efektif untuk mengatasi masalah ini.