Rubio Peringatkan: Suriah Bisa Dalam Beberapa Minggu Menuju 'Perang Saudara Skala Penuh'

Dalam pernyataan yang mengejutkan, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan perlunya dukungan terhadap otoritas transisi Suriah. Dia memperingatkan bahwa negara tersebut dapat berada dalam beberapa minggu menuju 'keruntuhan potensial dan perang saudara skala penuh yang epik'. Peringatan ini disampaikan dalam sebuah sidang di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, di mana ia membela keputusan Presiden Donald Trump yang baru-baru ini mencabut sanksi terhadap Suriah sebelum bertemu dengan Presiden Ahmed al-Sharaa, seorang mantan komandan al-Qaeda yang memimpin pemberontakan untuk menggulingkan Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu.
Menurut Rubio, keputusan Trump didasari oleh keinginan negara-negara lain untuk membantu pemerintahan Sharaa dan mengirimkan bantuan, tetapi mereka terhambat oleh sanksi-sanksi tersebut. Hingga saat ini, tidak ada komentar langsung dari pejabat Suriah mengenai situasi ini.
Pemerintah AS sebelumnya memberlakukan sanksi terhadap Suriah sebagai respons terhadap kekejaman yang dilakukan oleh pasukan yang setia kepada Assad selama perang saudara yang menghancurkan, yang telah berlangsung selama 13 tahun dan mengakibatkan lebih dari 600.000 jiwa melayang serta 12 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Kementerian Luar Negeri AS sebelumnya menegaskan bahwa beberapa kondisi harus dipenuhi sebelum sanksi dapat dicabut, termasuk perlindungan terhadap minoritas agama dan etnis.
Meskipun Sharaa berjanji untuk memenuhi syarat tersebut, negara itu baru-baru ini dilanda dua gelombang kekerasan sektarian yang mematikan. Pada bulan Maret, hampir 900 warga sipil, sebagian besar merupakan anggota sekte Alawite yang setia kepada Assad, terbunuh oleh pasukan pro-pemerintah di seluruh wilayah pesisir barat dalam pertempuran antara pasukan keamanan dan mantan loyalis rezim. Menurut sebuah lembaga pemantau, loyalis tersebut terbukti telah membunuh hampir 450 warga sipil dan 170 personel keamanan.
Di awal bulan Mei, lebih dari 100 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara para penembak dari minoritas agama Druze, pasukan keamanan baru, dan pejuang Sunni Islam yang bersatu di dua pinggiran kota dekat ibu kota Damaskus serta provinsi selatan Suweida. Sebelum terjadinya kekerasan ini, banyak anggota komunitas minoritas merasa khawatir terhadap otoritas transisi yang baru, yang didominasi oleh kelompok Sunni Islam Sharaa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS). HTS adalah afiliasi lama al-Qaeda yang masih terdaftar sebagai organisasi teroris oleh PBB, AS, UE, dan Inggris. Sharaa sendiri juga tetap terdaftar oleh AS sebagai 'teroris global yang ditunjuk secara khusus', meskipun pemerintahan Biden mengumumkan pada bulan Desember bahwa AS akan mencabut imbalan sebesar $10 juta (£7,5 juta) yang ditawarkan untuk penangkapannya.
Dalam pertemuan yang terjadi di Riyadh, Ahmed al-Sharaa terlihat berjabat tangan dengan Donald Trump, di hadapan Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, menandakan hubungan yang semakin rumit antara AS dan Suriah di tengah perubahan dinamika politik di kawasan.