Bantuan 'Setetes Air di Lautan Kebutuhan Gaza', Kata Seorang Ayah yang Terpaksa Mengungsi

Reporter Alice Cuddy melaporkan dari Yerusalem tentang kondisi yang sangat sulit di Gaza, di mana banyak orang kini berjuang dengan masalah kelaparan akibat kampanye militer Israel yang semakin intensif.
“Situasinya semakin memburuk karena pengungsian dalam skala besar,” ungkap Abd al-Fatah Hussein kepada saya melalui WhatsApp dari sebuah kamp pengungsi di daerah al-Mawasi di selatan Gaza.
Pesan-pesan WhatsApp kini menjadi salah satu dari sedikit cara dunia bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Gaza. Sejak perang dimulai pada tahun 2023, Israel telah melarang media untuk memasuki wilayah tersebut, kecuali dalam kunjungan yang sangat jarang dan di bawah pengawasan militer.
“Serangan udara yang berulang, terutama di malam hari, semakin menambah penderitaan,” tulis Hussein dalam pesannya.
Ayah dari dua anak ini mengungkapkan bahwa tidak ada “ruang” di al-Mawasi, tempat orang-orang yang diperintahkan oleh militer Israel untuk meninggalkan rumah mereka mencari perlindungan.
“Tidak ada listrik, tidak ada makanan, pasokan air bersih yang tidak mencukupi, dan tidak ada obat-obatan yang tersedia,” tuturnya.
Hussein menggambarkan bantuan yang datang ke daerahnya sebagai “setetes air di lautan kebutuhan Gaza.” Bantuan yang ada saat ini jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak warga yang terjebak dalam konflik ini.