Serangan Israel di Gaza Menewaskan Enam Orang, PBB Menyatakan Keadaan Mendesak

Agensi pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel telah mengakibatkan kematian setidaknya enam orang di seluruh wilayah Palestina. Juru bicara agensi tersebut, Mahmud Bassal, mengonfirmasi kepada AFP bahwa timnya telah menemukan enam jenazah di lokasi berbeda yang terkena serangan.
Menurut Bassal, di antara korban tersebut adalah sepasang suami istri yang tewas bersama dua anak kecil mereka dalam serangan pagi buta yang mengenai sebuah rumah di kawasan Amal, kota Khan Younis bagian selatan. Serangan ini menunjukkan peningkatan kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut, di mana ketegangan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Sebagai tambahan, dua orang lainnya juga kehilangan nyawa mereka akibat serangan di kamp pengungsi Nuseirat, yang terletak di pusat wilayah Gaza. Ketidakmampuan militer Israel untuk memberikan komentar terkait serangan individual tanpa mengetahui 'koordinat geografis yang tepat' menunjukkan bahwa situasi di lapangan sangat kompleks dan berpotensi membingungkan.
Operasi militer Israel di Gaza dilanjutkan pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata yang berlangsung selama dua bulan. Menurut kementerian kesehatan Gaza, setidaknya 3.673 orang telah tewas di wilayah tersebut sejak dimulainya kembali serangan, dengan total kematian akibat perang ini mencapai 53.822, sebagian besar adalah warga sipil. Angka-angka ini menggambarkan dampak tragis dari konflik yang berkepanjangan ini terhadap populasi sipil.
Serangan yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel pada bulan Oktober 2023 memicu perang ini dan menyebabkan 1.218 kematian, sebagian besar juga merupakan warga sipil, berdasarkan penghitungan AFP yang didasarkan pada angka resmi. Militan Hamas juga dilaporkan telah mengambil 251 sandera, 57 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah meninggal.
Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, menyatakan bahwa rakyat Palestina sedang menjalani 'fase paling kejam' dari perang di Gaza, di mana lebih dari selusin truk makanan dirampok setelah pelonggaran sebagian dari blokade Israel yang berkepanjangan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan tidak dapat dipenuhi akibat kekacauan yang terjadi di wilayah tersebut.
Program Pangan Dunia mendorong Israel untuk segera meningkatkan jumlah bantuan pangan yang masuk ke Gaza, dengan menyatakan bahwa 'kelaparan, keputusasaan, dan kecemasan' mengenai ketersediaan bantuan pangan semakin memperburuk ketidakamanan di wilayah itu. Pengiriman bantuan ke Gaza dilanjutkan pada hari Senin, setelah terhenti sejak 2 Maret, di tengah kecaman yang semakin meningkat terhadap blokade Israel yang telah menyebabkan kekurangan parah akan makanan dan obat-obatan.
Direktur Darurat WHO, Michael Ryan, mengungkapkan bahwa sekitar 2,1 juta orang di Gaza berada dalam 'bahaya kematian yang sangat mendesak'. Ia menekankan bahwa 'kita perlu mengakhiri kelaparan, melepaskan semua sandera, dan memastikan sistem kesehatan kembali berfungsi'.
WHO juga melaporkan bahwa warga Gaza mengalami kekurangan akut akan makanan, air, pasokan medis, bahan bakar, dan tempat berlindung. Dalam pekan terakhir, empat rumah sakit utama terpaksa menghentikan pelayanan medis karena kedekatannya dengan daerah konflik atau zona evakuasi, serta serangan yang terus berlanjut.
Hanya 19 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih operasional, dengan staf yang bekerja dalam 'kondisi yang mustahil', menurut pernyataan badan kesehatan PBB. 'Setidaknya 94% dari semua rumah sakit di Jalur Gaza mengalami kerusakan atau hancur', sementara di utara Gaza, hampir semua layanan kesehatan telah hilang.
WHO menyatakan bahwa di seluruh wilayah Palestina, hanya tersisa 2.000 tempat tidur rumah sakit, jumlah yang 'sangat tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan saat ini'. 'Kehancuran ini bersifat sistematis. Rumah sakit dibenahi dan disuplai kembali, hanya untuk kemudian terpapar pada serangan atau diserang lagi. Siklus penghancuran yang merusak ini harus diakhiri', tambahnya.
Untuk informasi lebih lanjut, langkah-langkah lambat yang diambil oleh pemerintah di tengah seruan aksi atas Gaza menjadi sorotan utama.