Serangan Drone di Port Sudan: Ancaman Baru dalam Perang Saudara Sudan

Di tengah ketegangan yang terus meningkat, sebuah serangan drone terjadi di Port Sudan, menargetkan dua lokasi vital di kota tersebut. Menurut saksi mata yang memberikan informasi kepada agensi berita AFP, satu drone menghantam bagian sipil dari bandara Port Sudan, sementara drone lainnya menyerang pangkalan militer utama yang terletak di pusat kota.
Dalam serangan ini, sebuah drone ketiga juga berhasil menghantam 'sebuah depot bahan bakar dekat pelabuhan selatan', yang terletak di tengah kota yang padat penduduk. Di kawasan ini, terdapat banyak pejabat PBB, diplomat, badan bantuan kemanusiaan, serta tentara Sudan yang telah berpindah dari ibukota, Khartoum. Momen serangan ini menjadi titik kritis, di mana keselamatan warga sipil kembali terancam.
Saksi mata yang turut menyaksikan kejadian tersebut melaporkan bahwa sebuah hotel besar yang terletak dekat kediaman Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala tentara Sudan, juga menjadi sasaran dalam serangan ini. Serangan-serangan yang diluncurkan ini menambah daftar panjang kekerasan yang telah melanda negara tersebut.
Militer Sudan menyalahkan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) atas serangan drone yang dimulai sejak hari Minggu. Namun, hingga saat ini, RSF belum memberikan komentar resmi mengenai serangan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis secara eksternal, Uni Afrika memperingatkan bahwa serangan di Port Sudan merupakan "eskalasi berbahaya" dalam perang saudara Sudan. Mereka menekankan bahwa serangan ini juga merupakan "ancaman langsung terhadap nyawa warga sipil, akses kemanusiaan, dan stabilitas regional." Pernyataan ini menunjukkan kekhawatiran mendalam akan dampak kemanusiaan dari konflik yang berkepanjangan.
Sebelum serangan pada hari Minggu, Port Sudan dikenal sebagai satu-satunya daerah yang terhindar dari bombardir, dan dianggap sebagai salah satu tempat teraman di negara yang dilanda perang ini. Namun, dengan meningkatnya aktivitas RSF yang semakin mengandalkan teknologi drone untuk merebut kembali wilayah yang hilang, termasuk Khartoum yang diambil kembali oleh tentara pada bulan Maret lalu, situasi di Port Sudan kini menjadi semakin mencekam.
Selama dua tahun terakhir, pertempuran sengit antara tentara dan RSF telah mengakibatkan ribuan orang kehilangan nyawa, memaksa jutaan lainnya meninggalkan rumah mereka, dan menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Kedua belah pihak, baik tentara maupun RSF, telah dituduh melakukan kejahatan perang, menambah derita rakyat Sudan yang sudah sangat memprihatinkan.