Israel Terisolasi Setelah Pembicaraan Gencatan Senjata di Qatar Gagal
Israel kini mendapati dirinya semakin terisolasi setelah serangkaian pembicaraan gencatan senjata yang diadakan di Qatar mengalami kegagalan. Pembicaraan tersebut tidak menghasilkan solusi untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama 19 bulan dengan kelompok Hamas di Gaza.
Situasi ini kembali ke jalan buntu yang sudah familiar. Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan melepaskan sandera Israel yang mereka ambil selama serangan pada 7 Oktober 2023, kecuali Israel menarik mundur pasukannya dari Gaza. Di sisi lain, Israel memperluas operasi militernya dengan harapan dapat memaksa Hamas menyerah melalui tindakan kekerasan.
Kondisi di Gaza semakin memprihatinkan dengan meningkatnya jumlah korban jiwa. Salah satu cerita tragis yang mencuat adalah mengenai Ela al-Najjar, seorang dokter yang kini hanya memiliki satu anak yang selamat. Anaknya terbaring di tempat tidur rumah sakit di Nasser Hospital di Khan Yunis setelah serangan udara Israel menghantam rumah mereka. Dalam serangan tersebut, Ela kehilangan sembilan dari sepuluh anaknya. Gambar mengharukan dari anaknya yang selamat, yang tergeletak dengan segala kesakitan, menggambarkan betapa menghancurkannya konflik ini. Credit: Hani Alshaer/Anadolu
Sementara itu, jumlah korban jiwa di Gaza terus meningkat, Israel menghadapi penolakan yang semakin besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri, termasuk dari sekutunya yang paling dekat, Amerika Serikat. Kementerian kesehatan yang dikelola oleh Hamas melaporkan bahwa lebih dari 53.000 orang di Gaza telah tewas, angka ini mencakup baik warga sipil maupun anggota Hamas. Baru-baru ini, sembilan anak dari satu keluarga, keluarga Al-Najjar, menjadi tambahan dalam angka kematian tersebut, tewas dalam serangan udara Israel di dekat Khan Yunis.
“Cukup! Kasihanilah kami! Kami memohon kepada semua negara, masyarakat internasional, dan semua faksi termasuk Hamas untuk memberi kami sedikit belas kasihan,” ujar Youssef al-Najjar, seorang kerabat. “Kami sudah lelah dengan pengungsian dan kelaparan, cukup!”