Pada penelitian terbaru, para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa Jupiter, raja planet di tata surya kita, dulunya memiliki ukuran dua kali lipat dari ukuran saat ini, sekitar 3,8 juta tahun yang lalu. Planet raksasa ini mampu menampung sebanyak 2000 Bumi sekaligus. Meskipun ukurannya sekarang telah menyusut, Jupiter tetap menjadi planet terbesar di tata surya. Selain itu, Jupiter di masa lalu juga memiliki medan magnet yang 50 kali lebih kuat dibandingkan dengan kondisi saat ini. Temuan ini memberikan wawasan berharga tentang tahun-tahun awal Jupiter dan bagaimana planet ini membentuk tata surya.

Dengan mempelajari jejak kemiringan orbitnya, para ilmuwan dapat melacak ukuran dan kekuatan magnet Jupiter. Penelitian ini dipublikasikan pada 20 Mei 2025, di jurnal Nature Astronomy, dan dipimpin oleh Profesor Konstantin Batygin dari California Institute of Technology. Tim Batygin fokus pada bulan-bulan kecil Jupiter, yaitu Thebe dan Amalthea, alih-alih memperkirakan seberapa cepat raksasa gas ini mengumpulkan massa. Bulan-bulan ini bergerak dalam orbit yang dekat dengan planet di jalur yang sedikit miring.

Tim tersebut menganalisis dan mengungkap bahwa Jupiter yang masih muda memiliki jari-jari yang dua kali lipat dari ukuran saat ini dan volume yang dapat menampung 2000 Bumi. Sementara itu, saat ini, Jupiter hanya dapat menampung sekitar 1321 Bumi. Penyusutan ukuran ini menunjukkan bahwa selubung gas yang besar dan kaya akan massa ini menyusut seiring berjalannya waktu. Kekuatan magnet yang kuat di masa lalu mempengaruhi ruang dan materi di sekitarnya dengan cara yang berbeda, sehingga memberikan wawasan tentang dinamika awal tata surya.

Meskipun studi ini tidak menunjukkan bagaimana anggota raksasa tata surya ini membentuk planet-planet lain, penelitian ini menyoroti bahwa raksasa gas tersebut memainkan peran penting dalam pengorganisasian tata surya melalui tarikan gravitasinya. Memahami fase ini membantu para peneliti membentuk kembali kekuatan yang mendefinisikan lingkungan sekitar kita.

Menurut Batygin, temuan ini memberikan tolok ukur yang berharga untuk model-model lebih lanjut tentang bagaimana tata surya terbentuk. Jupiter menunjukkan evolusi yang signifikan setelah penguapan awan gas protoplanet, yang menandakan titik balik penting ketika planet-planet menetap di orbit tetap mereka. Penemuan ini dapat membantu ilmuwan memahami lebih dalam tentang evolusi tata surya.