Dalam dunia politik yang penuh dengan intrik dan rivalitas, dua sosok besar yang telah berseteru selama berbulan-bulan tampaknya kini mendekati titik klimaks. Elon Musk, yang dikenal luas sebagai pendiri Tesla dan SpaceX, berusaha mendekatkan diri kepada Donald Trump dengan menyuntikkan jutaan dolar ke dalam kampanye presiden Trump. Namun, tidak semua anggota gerakan MAGA (Make America Great Again) menyambut dengan hangat langkah ini. Ada banyak hal mengenai Musk yang dapat menghalangi lingkaran dalam Trump untuk sepenuhnya mendukungnya. Di antara mereka adalah penasihat politik Stephen Miller, yang tampaknya menjaga jarak terhadap miliarder teknologi tersebut.

Menariknya, situasi ini semakin rumit karena Musk kini diprediksi akan meninggalkan Gedung Putih bersama istri Stephen, Katie Miller. Ini menambah bumbu pada perseteruan yang sudah ada, menjadikannya semakin menarik untuk diikuti.

Menurut laporan dari Politico, ketegangan antara Stephen dan Musk sebenarnya sudah muncul sebelum Trump dilantik sebagai presiden. Stephen, yang dikenal sebagai konservatif yang teguh dengan pandangan anti-imigrasi yang kuat, merasa khawatir bahwa Musk mungkin berkeinginan untuk mempertahankan aliran visa H-1B yang sehat ke dalam sektor teknologi. Kebijakan ini sangat ditentang oleh Stephen. Apa yang dimulai sebagai perbedaan pendapat yang kering mengenai kebijakan perekrutan kini telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih bersifat pribadi.

Dengan terlihatnya akhir dari hubungan dekat antara Trump dan Musk, dan Musk yang diyakini akan meninggalkan Gedung Putih pada akhir Mei 2025, tampaknya ia masih memiliki satu kartu terakhir untuk dimainkan. CEO Tesla tersebut telah merekrut Katie, menjadikannya bagian dari tim di berbagai perusahaan yang ia miliki. Pergeseran ini tidak hanya menunjukkan perubahan dalam dinamika hubungan antar tokoh, tetapi juga bagaimana kekuatan dan pengaruh dapat mengalir dengan cepat dalam lingkaran kekuasaan di Washington.