SEOUL: Jalan-jalan di kawasan Daerim, Seoul, dipenuhi dengan toko-toko yang menjual camilan panas yang mengepul, sebuah lingkungan yang menjadi rumah bagi ribuan etnis Tionghoa. Namun, di tengah aktivitas ekonomi yang hidup, beberapa dari mereka merasakan tekanan yang semakin meningkat akibat sentimen anti-Cina menjelang pemilihan umum di Korea Selatan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Cina telah menggantikan Jepang yang merupakan musuh lama dan mantan kekuatan kolonial sebagai negara tetangga yang paling tidak dipercaya oleh banyak warga Korea Selatan. Hal ini mencerminkan perubahan sikap yang signifikan di kalangan masyarakat Korea Selatan terhadap Cina, dengan meningkatnya ketidakpercayaan dan ketegangan yang terlihat di berbagai aspek kehidupan sosial dan politik.

Menjelang pemungutan suara pada hari Selasa (3 Juni), perasaan anti-Cina semakin meluas di kalangan warga Korea Selatan. Sentimen ini dapat ditemukan di media sosial, dalam aksi protes yang diorganisir oleh kelompok sayap kanan, serta di kawasan Pecinan Seoul. Situasi ini bukan hanya mengkhawatirkan bagi warga Tionghoa yang tinggal di Korea Selatan, tetapi juga menambah ketegangan sosial di negara tersebut.

Di kawasan tersebut, banyak penduduk Tionghoa seperti Yu Shunzi, seorang wanita berusia 74 tahun, datang ke Korea Selatan pada tahun 1990-an dan 2000-an, mencari peluang ekonomi yang lebih baik. Yu, yang tiba dari provinsi Heilongjiang di Cina pada tahun 2007, mengungkapkan bahwa banyak orang Korea masih memiliki pandangan negatif terhadap Cina, menyebutnya sebagai negara yang sangat terbelakang. Dia juga menambahkan bahwa diskriminasi terhadap orang Tionghoa masih sangat nyata di masyarakat Korea Selatan.

“Saya ingin pulang, tetapi dengan nilai tukar yang rendah seperti ini, saya akan kehilangan banyak uang,” ungkap Yu, mengekspresikan keinginannya untuk kembali ke tanah airnya jika kondisi ekonomi memungkinkan.

Sepanjang sejarah, hubungan antara Korea Selatan dan Jepang sudah lama dianggap rumit. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Seoul dengan Cina semakin menjadi sorotan. Pada tahun 2022, survei yang dilakukan oleh Hankook Research menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa warga Korea Selatan lebih tidak percaya kepada Cina dibandingkan Jepang - sebuah tren yang terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir.

“TIDAK ADA KEDISIPLINAN” TERHADAP CINA

Keadaan ini diperburuk oleh pernyataan mantan pemimpin Yoon Suk Yeol yang merujuk pada tuduhan yang samar tentang spionase Cina ketika ia mencoba untuk membenarkan deklarasi darurat yang mengarah pada pemecatannya. Teori konspirasi mengenai Cina telah berkembang pesat di kalangan kelompok kanan Korea Selatan, semakin memperburuk ketidakpercayaan yang ada. Hal ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan tetangga besar mereka di utara.