Umar Patek, teroris yang bertanggung jawab atas pemboman yang merenggut lebih dari 200 nyawa — termasuk 88 orang Australia — di Bali, kini menggunakan perannya dalam serangan mematikan tersebut untuk mempromosikan bisnis barunya.

Patek, yang dijatuhi hukuman karena merakit bom mobil yang meledak di luar dua klub malam ramai di Kuta pada tahun 2002, termasuk dalam daftar buronan dunia setelah melarikan diri selama sembilan tahun pasca-insiden tersebut.

Setelah menjalani hanya 11 tahun dari hukuman penjara selama 20 tahun, Patek kini kembali menimbulkan kemarahan masyarakat hanya tiga tahun setelah dibebaskan.

Dia telah meluncurkan usaha kopi baru, dengan klaim bahwa dia kini sedang “membuat perdamaian”. Usaha tersebut, Coffee RAMU 1966 by Umar Patek, terletak di Surabaya, ibu kota Jawa Timur. Nama 'RAMU' merupakan pembalikan dari namanya, Umar.

“Dulu, saya meracik bom, dan sekarang saya meracik kopi,” ungkap Patek kepada This Week in Asia.

Patek menjelaskan bahwa ia ingin memulai hidup baru dan satu-satunya pilihan untuknya adalah meluncurkan bisnis sendiri karena “tidak ada yang mau mempekerjakan seorang mantan narapidana”.

“Sebelumnya, saya dikenal karena suatu hal yang menyakiti dunia,” katanya. “Sekarang saya telah memilih jalan yang berbeda.”

Namun, jalur karir barunya dan taktik pemasaran yang memalukan ini membuat keluarga korban Bom Bali marah. Sandra Thompson, ibu dari Clint, pemain rugby Australia berusia 29 tahun yang tewas dalam serangan itu, mengatakan Patek tidak pernah membayar atas kejahatannya.

“Apakah pria ini telah bertobat? Apakah dia masih berpikir bahwa apa yang dia lakukan adalah hal yang benar secara moral? Atau dia hanya menjalani hukuman dan melanjutkan hidupnya?” tanyanya dengan penuh amarah.

“Dua ratus dua jiwa ditambah seorang bayi yang belum lahir dan para penyintas yang masih hidup dengan efek cedera mereka. Apakah dia sudah membayar harga itu? Tidak pernah, jika dia tidak merasa penyesalan.”