Untuk pertama kalinya dalam jutaan tahun, atmosfer Bumi telah melampaui 430 bagian per juta (ppm) karbon dioksida, menandai tonggak baru yang mengkhawatirkan dalam krisis iklim yang sedang berlangsung. Menurut data terbaru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan peneliti di Universitas California, San Diego, rata-rata konsentrasi CO₂ global pada bulan Mei 2025 telah melebihi 430 ppm—sebuah peningkatan lebih dari 3 ppm dibandingkan tahun sebelumnya.

Konsentrasi yang memecahkan rekor ini adalah yang tertinggi yang pernah diamati dalam setidaknya beberapa juta tahun, dengan beberapa ilmuwan menyarankan bahwa tingkat CO₂ mungkin belum setinggi ini selama puluhan juta tahun. Kenaikan cepat ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil, yang melepaskan kuantitas besar gas rumah kaca ke atmosfer.

Akumulasi CO₂ dan gas rumah kaca lainnya bertindak sebagai perangkap panas, meningkatkan suhu global, dan mendorong lebih banyak kejadian cuaca ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, badai, dan banjir. Ralph Keeling, seorang ilmuwan iklim di Scripps Institution of Oceanography, mengomentari tren ini: “Tahun lain, rekor lain. Sangat menyedihkan.” Dia menekankan bahwa kecepatan peningkatan ini sangat memprihatinkan, karena mencerminkan kegagalan negara-negara untuk secara memadai mengurangi emisi dan memperlambat laju perubahan iklim.

Tahun-tahun terakhir telah menyaksikan beberapa peningkatan tahunan terbesar dalam CO₂ atmosfer yang pernah tercatat. Misalnya, antara 2023 dan 2024, peningkatannya mencapai 3,75 ppm—lonjakan satu tahun terbesar yang pernah tercatat, dengan rata-rata tahunan mencapai 422,8 ppm pada tahun 2024. Peningkatan yang berkelanjutan ini dipicu tidak hanya oleh pembakaran bahan bakar fosil tetapi juga oleh penurunan penyerapan karbon oleh sumber alami (seperti hutan) dan peningkatan emisi dari kebakaran hutan, seperti yang terjadi di Amazon dan Kanada. Pada tahun 2023, kebakaran hutan global saja diperkirakan mengeluarkan 7,3 miliar ton CO₂.

Implikasi dari meningkatnya level CO₂ ini sangat mendalam. Para ilmuwan memperingatkan bahwa kecuali akumulasi gas rumah kaca diperlambat dan akhirnya dibalik, dunia akan terus mengalami dampak iklim yang semakin parah. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) telah menyatakan bahwa untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C—sebagaimana diuraikan dalam Perjanjian Paris—peningkatan tahunan dalam CO₂ atmosfer harus diperlambat menjadi sekitar 1,8 ppm per tahun. Namun, tren saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

“Sampai kita mencapai emisi CO₂ netto nol secara global, suhu dunia akan terus meningkat dan menyebabkan dampak yang semakin parah,” kata Celeste Saulo, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia. Suhu yang memecahkan rekor dan kejadian cuaca ekstrem di tahun 2024, yang menewaskan ribuan orang dan mengungsikan jutaan orang di seluruh dunia, semakin menekankan urgensi situasi ini.