Pada awal pagi Rabu, India melakukan serangkaian serangan udara ke wilayah Pakistan yang menewaskan setidaknya 26 orang. Serangan ini merupakan eskalasi serius dari konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir, terkait dengan wilayah Kashmir yang diperebutkan.

Menurut laporan Hannah Ellis-Petersen, koresponden The Guardian untuk Asia Selatan, serangan tersebut dilancarkan sebagai balasan terhadap serangan teroris yang terjadi di Kashmir dua minggu lalu, yang juga menewaskan 26 orang. India mengklaim bahwa kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut didukung oleh Pakistan, sebuah tuduhan yang dengan tegas dibantah oleh pemerintah Pakistan.

Seiring dengan terjadinya serangan ini, Michael Safi mengungkapkan bahwa India kini bersiap-siap menghadapi kemungkinan balasan dari Pakistan. Banyak yang khawatir bahwa ketegangan ini dapat berkembang menjadi perang skala penuh, mengingat kedua negara memiliki kapasitas militer yang signifikan dan juga persenjataan nuklir.

Konflik Kashmir telah menjadi sumber ketegangan antara India dan Pakistan sejak kedua negara merdeka pada tahun 1947. Wilayah tersebut dibagi antara keduanya, dengan India mengendalikan sekitar 55% dari keseluruhan wilayah, sementara Pakistan menguasai sekitar 30%, dan sisanya berada di bawah kontrol China. Meskipun terdapat berbagai upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik ini, ketegangan di kawasan tersebut terus berlanjut, seringkali dipicu oleh serangan-serangan bersenjata dan balasan militer.

Para pengamat internasional khawatir bahwa jika kedua negara tidak dapat menemukan jalan keluar dari situasi ini, dampaknya bisa sangat mengerikan, tidak hanya bagi mereka tetapi juga bagi stabilitas kawasan Asia Selatan secara keseluruhan. Selain itu, kekhawatiran akan dampak kemanusiaan dari konflik ini semakin meningkat, terutama bagi warga sipil yang terjebak dalam kekerasan yang terus berlanjut.