Jurnalis Palestina Yahya Subaih Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza

LONDON: Jurnalis Palestina, Yahya Subaih, kehilangan nyawanya dalam serangan udara Israel yang menghantam Kota Gaza pada hari Rabu, hanya beberapa jam setelah merayakan kelahiran putrinya. Subaih adalah salah satu dari setidaknya 11 orang yang tewas ketika pesawat tempur Israel menyerang sebuah restoran di lingkungan Al-Rimal, di barat Kota Gaza. Menurut laporan media lokal, puluhan lainnya juga mengalami luka-luka akibat serangan tersebut.
Dalam insiden terpisah, seorang jurnalis lokal lainnya, Nour Abdu, dilaporkan tewas saat meliput serangan di sebuah sekolah yang telah diubah menjadi tempat penampungan di Kota Gaza. Serangan ini menewaskan 16 orang, sesuai dengan informasi dari pihak RS Al-Ahli, sementara serangan di lokasi lain juga mengakibatkan kematian setidaknya 16 orang lainnya.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengutuk apa yang mereka sebut sebagai “penargetan sistematis, pembunuhan, dan penghilangan jurnalis Palestina,” serta menyerukan komunitas internasional untuk bertindak. Dalam sebuah pernyataan, kantor tersebut mendesak kekuatan global “untuk memberikan tekanan yang serius dan efektif untuk menghentikan kejahatan genosida, melindungi jurnalis dan profesional media di Jalur Gaza, serta menghentikan kejahatan membunuh dan menghilangkan mereka.”
Yahya Subaih, yang bekerja dengan berbagai outlet media, membagikan foto di media sosial hanya beberapa jam sebelum kematiannya, memegang putri barunya. “Seorang putri kecil telah menerangi dunia kami,” tulisnya. Rekaman yang beredar di internet menunjukkan Subaih mengenakan pakaian yang sama dengan yang dia pakai dalam foto bersama putrinya.
Dalam cuitan, Abdul Aziz Khadra menuliskan, “Jurnalis Palestina Yahya Subaih hari ini diberkahi dengan seorang bayi perempuan yang cantik yang menunggu untuk melihat cahaya di pelukan orangtuanya. Namun, kejahatan Zionis menimpa ayahnya dan membunuhnya tidak lama setelah itu dalam pembantaian baru di Gaza.”
Kematian Subaih menambah daftar panjang media profesional yang tewas di Gaza, yang kini telah menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi jurnalis sejak perang Israel dimulai pada 7 Oktober 2023. Menurut proyek Costs of War dari Watson Institute for International and Public Affairs di Brown University, konflik saat ini adalah yang paling mematikan yang pernah tercatat bagi jurnalis.
Lebih dari 170 jurnalis telah tewas di Gaza sejak perang dimulai, dengan beberapa perkiraan menunjukkan angka tersebut mencapai 214. Total kematian akibat kampanye militer Israel di Gaza telah melebihi 52.000 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dengan lebih dari 118.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan wilayah tersebut.