Untuk lebih memahami dampak kehadiran manusia terhadap perilaku paus, tim peneliti telah meninjau ratusan jam rekaman drone dari berbagai studi paus sebelumnya. Mereka menemukan bahwa tidak ada contoh dari gelembung “asap” yang terbentuk ketika manusia tidak hadir. Hal ini memberikan indikasi bahwa perilaku tersebut mungkin hanya terjadi ketika manusia berada dekat.

“Itu menunjukkan bahwa mungkin mereka melakukannya hanya ketika manusia berada di dekat mereka,” jelas Hubbard, anggota tim penelitian.

Studi ini, yang diterbitkan dalam jurnal Marine Mammal Science, merupakan bagian dari proyek WhaleSETI — kolaborasi penelitian jangka panjang yang mengeksplorasi kecerdasan non-manusia di Bumi dengan tujuan untuk memperbaiki cara kita mencari kecerdasan di luar Bumi.

“Tampaknya paus bungkuk sedang bermain,” kata Dr. Laurance Doyle, ilmuwan dari SETI Institute dan salah satu penulis makalah tersebut. “Ini mirip dengan anjing yang mengundang Anda untuk bermain dengan meletakkan bola di depan Anda, lalu mengitari bola tersebut.”

Doyle menjelaskan bahwa mempelajari struktur dari gelembung-gelembung tersebut dapat memberikan wawasan tentang kecerdasan non-manusia paus. Ia menyebutkan bahwa membuat gelembung adalah tugas yang tidak sederhana dan memerlukan energi serta kontrol yang tepat. “Apa saja kecerdasan teknis yang diperlukan [oleh paus bungkuk] untuk membuat gelembung?” tanya Doyle.

“Paus bungkuk hidup dalam masyarakat yang kompleks, memiliki keanekaragaman akustik, menggunakan alat gelembung, dan membantu spesies lain yang terancam oleh predator,” ungkap Dr. Fred Sharpe, penulis utama yang juga afiliasi UC Davis, dalam siaran pers. “Kini, mirip dengan sinyal kandidat, kami menunjukkan bahwa mereka menghembuskan gelembung ke arah kami dalam upaya yang tampaknya untuk berinteraksi dengan cara yang menyenangkan, mengamati respons kami, dan/atau terlibat dalam bentuk komunikasi.”

Tim WhaleSETI telah mengeksplorasi komunikasi mammalia laut selama bertahun-tahun. Pada tahun 2021, peneliti mempublikasikan temuan tentang “percakapan” dengan paus bungkuk bernama Twain, menggunakan panggilan paus yang direkam dan diputar melalui speaker bawah air.

Tahun ini, sebuah studi terpisah dari Universitas Southern Denmark menyelidiki bagaimana paus baleen dapat bernyanyi di bawah air. Tahun lalu, peneliti di SETI Institute menemukan bahwa suara yang dihasilkan paus selama acara memberi makan gelembung digunakan untuk mengomunikasikan instruksi kepada kelompoknya.

Perilaku gelembung ini menambahkan lapisan baru pada temuan-temuan tersebut.

Dalam mempelajari paus bungkuk yang penasaran dan komunikatif, para peneliti tidak hanya mendekode perilaku paus, tetapi juga membangun peta jalan untuk mengenali kehidupan cerdas, baik yang berenang di lautan kita atau melayang di antara bintang-bintang.