Kegelapan dan Keberanian Kembali ke Oz: Mengungkap Film Anak-Anak Paling Menyeramkan

Empat puluh tahun lalu, Disney meluncurkan sebuah sekuel dari film klasik The Wizard of Oz yang ternyata sangat berbeda dari film orisinalnya. Return to Oz (1985), yang disutradarai oleh Walter Murch, dikenal sebagai salah satu film anak-anak paling menakutkan yang pernah dibuat. Meskipun pada waktu rilisnya film ini gagal di box office, seiring berjalannya waktu, film tersebut telah mendapatkan status kultus.
Film yang ditujukan untuk penonton muda sering kali meninggalkan jejak yang mendalam. Return to Oz menyuguhkan berbagai gambar mengerikan, seperti adegan di mana Dorothy Gale terjebak dalam kamar penyihir jahat, Princess Mombi, yang penuh dengan kepala-kepala terputus. Selain itu, ada juga makhluk bernama Wheelers, yang merupakan sekelompok monster dengan roda sebagai kaki mereka. Pembuka film ini menampilkan Dorothy yang dikirim ke klinik psikiatri untuk menghapus ingatannya tentang Oz oleh seorang dokter yang menakutkan. Meskipun kritik awal terhadap film ini beragam, dan penayangannya gagal secara komersial, banyak orang kini menganggapnya sebagai film klasik yang unik karena elemen-elemennya yang menyeramkan.
Walter Murch, seorang desainer suara pemenang Academy Award dan editor ternama, memiliki pengalaman luas di industri film sebelum mengambil peran sebagai sutradara. Murch sebelumnya bekerja pada banyak film terkenal di tahun 1970-an seperti THX 1138, American Graffiti, dan Apocalypse Now. Ketika Disney mendekatinya untuk membuat sekuel yang lebih setia kepada buku karya L. Frank Baum, Murch langsung berpikir untuk mengadaptasi cerita yang lebih mendalam dari buku-buku tersebut.
Bersama dengan penulis skenario Gil Dennis, Murch menciptakan naskah yang menggabungkan dua buku Baum: Ozma of Oz dan The Magical Land of Oz. Alih-alih memilih Judy Garland yang berusia 16 tahun seperti di film orisinal, mereka memilih Fairuza Balk yang baru berusia sembilan tahun untuk memerankan Dorothy, yang lebih sejalan dengan karakter dalam buku. Murch sangat ingin menjauhkan film ini dari nuansa vaudeville dan musik yang mendominasi film 1939, dengan membuatnya lebih realistis dan menegangkan.
Film ini dibuka dengan situasi suram di mana Dorothy, yang menjadi insomnia akibat pengalamannya di Oz, dirawat di klinik untuk terapi listrik oleh Dr. Worley, diperankan oleh Nicol Williamson. Murch terinspirasi oleh praktik terapi listrik yang umum pada akhir abad ke-19, menciptakan nuansa ketidakadilan yang sangat relevan pada masa kini, terutama mengenai bagaimana wanita sering kali tidak dipercaya dalam kondisi kesehatan mental mereka.
Setelah melarikan diri dari klinik, Dorothy terbangun di Oz yang hancur. Dia mendapati Emerald City telah dirusak dan teman-teman lamanya berubah menjadi batu. Dalam petualangannya, dia bertemu dengan karakter baru yang berwarna-warni, termasuk Billina si ayam yang bisa bicara, Tik-Tok si robot bulat, dan Jack Pumpkinhead, sosok dengan kepala labu. Setiap karakter memiliki tantangan dan ketakutan sendiri, menciptakan dinamika yang menarik dalam pencarian Dorothy untuk menyelamatkan Oz.
Proses produksi film ini tidak berjalan mulus. Murch mengalami tantangan besar, termasuk masalah anggaran dan peralihan produser di tengah jalan. Meskipun ada tekanan dari studio, Murch berhasil menyelesaikan filmnya dan bahkan menciptakan efek visual yang inovatif melalui teknik puppetry dan claymation. Namun, meskipun film ini memiliki banyak rintangan, Murch dan timnya tetap menunjukkan dedikasi yang tinggi, dan film tersebut akhirnya tayang perdana di Amerika Serikat pada 21 Juni 1985.
Meskipun menerima ulasan campur aduk dari kritikus dan gagal secara komersial, yang membuatnya terjebak dalam apa yang disebut Murch sebagai 'penjara Hollywood', Return to Oz kini diakui sebagai film yang berkualitas dan berbeda. Banyak yang setuju bahwa tema gelap dan creepy dari film ini justru menjadi daya tariknya, menciptakan kenangan yang melekat di benak banyak penonton yang tumbuh dewasa dengan cerita tersebut. Dengan banyaknya adaptasi dan reinterpretasi dari kisah Oz yang telah muncul sejak saat itu, film ini tetap unik dan memberikan perspektif yang berbeda tentang apa artinya menjadi seorang anak di dunia yang penuh tantangan.