Konflik Timur Tengah Makin Memanas: Iran Siap Berunding Sementara Israel Melancarkan Serangan Baru

Dalam sebuah pernyataan tegas, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa “AS terlibat dalam agresi sejak hari pertama” saat berbicara di Istanbul. Kota ini menjadi tuan rumah pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OIC) yang diadakan sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Pertemuan ini diselenggarakan setelah serangan udara Israel terhadap fasilitas militer Iran, yang ditujukan untuk menghancurkan program nuklir Iran, telah berkembang menjadi pertukaran misil yang berlangsung selama sembilan hari. Meskipun mantan Presiden AS, Donald Trump, telah menyatakan dukungannya kepada Israel, ia belum membuat keputusan untuk campur tangan secara militer di pihak sekutunya di Amerika.
Araghchi menambahkan bahwa Tehran “sangat siap untuk solusi yang dinegosiasikan mengenai program nuklir kami.” Pernyataan ini menunjukkan keinginan Iran untuk terlibat dalam dialog meskipun situasi yang tegang.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, juga mengungkapkan pandangannya mengenai konflik yang sedang berlangsung ini. Dalam pernyataannya, ia menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai “penghalang terbesar untuk perdamaian regional.” Erdoğan menilai bahwa “ambisi Zionis Netanyahu tidak memiliki tujuan lain selain menarik wilayah kita dan seluruh dunia ke dalam bencana besar.”
Serangan Israel terbaru ditujukan pada dua lokasi produksi sentrifug di Iran. Menurut laporan Associated Press yang mengutip seorang pejabat militer Israel, ini merupakan kelanjutan dari serangan terhadap lokasi-lokasi lain yang juga memproduksi sentrifug dalam beberapa hari terakhir. Menariknya, ini adalah serangan kedua yang dilakukan terhadap Isfahan, yang juga diserang dalam 24 jam pertama konflik ini, sebagai bagian dari strategi Israel untuk menghancurkan program nuklir Iran.
Di sisi lain, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah membunuh Saeed Izadi, seorang komandan dalam Korps Pengawal Revolusi Iran yang bertanggung jawab atas hubungan dengan para militan Palestina. IDF menyatakan bahwa Izadi berhasil dihabisi di kota Qom setelah “proses pengumpulan intelijen yang panjang.”