AS Melancarkan Serangan Terhadap Situs Nuklir Iran di Tengah Ketegangan Timur Tengah

Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini melakukan pengeboman terhadap tiga situs nuklir utama Iran, yang merupakan sebuah eskalasi besar dalam konflik yang telah berlangsung di Timur Tengah sepanjang bulan ini. Tindakan ini telah memicu reaksi keras dari Tehran, yang menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan semua opsi untuk mempertahankan diri dari serangan tersebut.
Tindakan AS ini menambah spekulasi mengenai kemungkinan bahwa kepemimpinan Iran dapat mencari cara lain untuk menekan musuh-musuhnya agar menyerah, termasuk dengan memblokir atau secara efektif menutup Selat Hormuz untuk pengiriman minyak. Selat yang sempit ini, terletak di ujung Teluk Persia, merupakan jalur penting yang menangani sekitar seperempat dari total perdagangan minyak dunia yang dilakukan melalui jalur laut.
Apabila Iran berhasil mencegah akses bagi kapal tanker raksasa yang mengangkut minyak dan gas ke China, Eropa, dan wilayah-wilayah besar pengonsumsi energi lainnya, hal tersebut dapat menyebabkan lonjakan harga minyak yang signifikan serta berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global.
Selama ini, Iran pernah menargetkan kapal-kapal dagang yang melintasi titik sempit ini dan telah mengeluarkan ancaman untuk memblokir selat tersebut selama bertahun-tahun. Sebelum serangan AS, pengiriman minyak dari wilayah tersebut dan melalui Hormuz relatif tidak terganggu oleh konflik yang terjadi.
Aktivitas tanker minyak dari Iran sendiri mengalami lonjakan, dan lalu lintas tanker melalui Selat Hormuz tetap stabil. Namun demikian, kementerian perhubungan Yunani pada hari Minggu menyarankan pemilik kapal di negara tersebut untuk mempertimbangkan kembali penggunaan selat ini dalam aktivitas pengiriman mereka.
DI MANAKAH SELAT HORMUZ?
Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Lautan Hindia, dengan Iran berada di sebelah utara dan Uni Emirat Arab serta Oman di sebelah selatan. Panjang selat ini sekitar 161 kilometer dan memiliki lebar 33,8 kilometer di titik tersempit, sementara jalur pengiriman di setiap arah hanya memiliki lebar 3,2 kilometer.
Kedalaman selat yang dangkal membuat kapal-kapal rentan terhadap ranjau, dan kedekatannya dengan daratan, terutama Iran, membuat kapal-kapal terbuka terhadap serangan dari rudal berbasis darat atau intersepsi oleh kapal patroli dan helikopter.
Selat ini sangat penting bagi perdagangan minyak global. Tanker-tanker mengangkut sekitar 16,5 juta barel minyak mentah dan kondensat setiap hari dari Arab Saudi, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Iran melalui selat tersebut pada tahun 2024, berdasarkan data yang dihimpun oleh Bloomberg.
Selain itu, selat ini juga krusial untuk pengiriman gas alam cair (LNG), dengan lebih dari satu per lima pasokan dunia - sebagian besar berasal dari Qatar - melintasi selat ini selama periode yang sama.