Donald Trump Umumkan Penundaan Penegakan Larangan TikTok di AS

Pada tanggal 4 April, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan kembali menunda penegakan undang-undang yang melarang TikTok, kecuali jika pemiliknya yang berbasis di Tiongkok, ByteDance, melepaskan kepemilikan atas platform tersebut.
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di Fox News pada hari Minggu, Trump menyatakan bahwa ia memiliki sekelompok "orang-orang kaya" yang siap untuk membeli TikTok, dan ia akan mengungkapkan identitas mereka dalam waktu sekitar dua minggu.
Trump menambahkan bahwa kesepakatan tersebut kemungkinan memerlukan persetujuan dari Beijing untuk dapat dilanjutkan. Ia percaya bahwa "Presiden Xi kemungkinan akan menyetujui," merujuk pada pemimpin Tiongkok, Xi Jinping.
Pernyataan spontan ini muncul saat Trump membahas kemungkinan penangguhan tarif "timbal balik" dalam wawancara di acara "Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo" di Fox News.
Nasib TikTok di AS telah menjadi tanda tanya sejak disahkannya undang-undang pada tahun 2024 yang berusaha melarang platform tersebut kecuali jika ByteDance melepaskan kepemilikannya. Legislasi ini muncul dari kekhawatiran bahwa pemerintah Tiongkok dapat memanipulasi konten dan mengakses data sensitif dari pengguna Amerika.
Awal bulan ini, Trump memperpanjang batas waktu bagi ByteDance untuk melepaskan bisnis TikTok di AS. Ini merupakan perpanjangan ketiga sejak Mahkamah Agung mendukung undang-undang TikTok beberapa hari sebelum pelantikan kedua Trump pada bulan Januari. Batas waktu baru sekarang adalah 17 September.
Undang-Undang Perlindungan Warga Amerika dari Aplikasi Yang Dikendalikan Oleh Musuh Asing, atau PAFACA, awalnya dijadwalkan mulai berlaku pada 19 Januari, setelah itu operator toko aplikasi dan penyedia layanan internet akan dikenakan sanksi karena mendukung TikTok.
TikTok sempat tidak beroperasi di AS menjelang batas waktu awal, tetapi kemudian dipulihkan setelah Trump memberikan jaminan mengenai perpanjangan tersebut.
Trump, yang mengakui bahwa aplikasi tersebut telah meningkatkan dukungannya di kalangan pemilih muda dalam pemilihan presiden yang lalu, tetap berkomitmen untuk melihat platform tersebut bertahan di bawah kepemilikan baru.
Calon pembeli yang telah menyatakan minat terhadap aplikasi ini termasuk orang-orang dalam lingkaran Trump seperti Larry Ellison dari Oracle hingga perusahaan seperti AppLovin dan Perplexity AI.