Penyebab Kematian Pendaki Brasil Juliana Marins Terungkap

Penting untuk Diketahui: Otoritas telah mengungkapkan penyebab kematian pendaki asal Brasil, Juliana Marins.
Marins sedang mendaki Gunung Rinjani di Indonesia bersama lima temannya ketika ia jatuh dari tebing gunung pada 21 Juni dan ditemukan meninggal tiga hari kemudian.
Sebuah otopsi menunjukkan bahwa ia "tewas karena pendarahan internal akibat kerusakan organ dan patah tulang." Kematian pendaki berusia 26 tahun ini diumumkan oleh pihak berwenang setelah ia jatuh dari sebuah gunung berapi di Indonesia.
Pada 21 Juni, wisatawan Brasil Juliana Marins terjatuh dari tebing yang mengelilingi jalur dekat kawah Gunung Rinjani, gunung berapi yang memiliki ketinggian lebih dari 12.000 kaki, di pulau Lombok, Indonesia, menurut pernyataan yang diterjemahkan dari Kementerian Luar Negeri Brasil.
Kejadian jatuhnya Marins terjadi sekitar pukul 6:30 pagi waktu setempat saat ia dalam perjalanan menuju puncak, seperti yang dinyatakan oleh Taman Nasional Gunung Rinjani dalam siaran pers sebelumnya.
Setelah beberapa hari pencarian, pihak berwenang mengumumkan pada 24 Juni bahwa jasadnya telah ditemukan. Tiga hari setelah penemuan tersebut, pada 27 Juni, seorang dokter forensik membahas penyebab kematian Marins dalam sebuah konferensi pers di Rumah Sakit Bali Mandara di Denpasar, di mana jasadnya telah diperiksa, menurut media Brasil, O Globo.
Agência Brasil melaporkan bahwa otopsi telah mengkonfirmasi bahwa Marins "tewas karena pendarahan internal akibat kerusakan organ dan patah tulang." Cedera yang dialami Marins diduga berasal dari trauma tumpul beberapa jam sebelum jasadnya ditemukan, tambah agensi tersebut, dan hasil akhir dari otopsi, yang juga mencakup tes toksikologi, diharapkan akan keluar dalam dua minggu mendatang.
Dari laporan tersebut, Marins diperkirakan telah meninggal kurang dari 20 menit setelah pendarahan dimulai. Dokter forensik, Dr. Ida Bagus Putu Alit, menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda hipotermia atau penderitaan berkepanjangan setelah cedera, menurut laporan O Globo yang diterjemahkan.
Orang tua Marins mengkonfirmasi kematiannya dalam sebuah pernyataan pada hari yang sama ketika pihak berwenang mengungkapkan bahwa ia telah ditemukan meninggal dunia. "Hari ini, tim penyelamat berhasil mencapai tempat di mana Juliana Marins berada," bunyi pesan yang diterjemahkan pada 24 Juni. "Dengan kesedihan yang mendalam, kami menginformasikan bahwa ia tidak selamat. Kami tetap sangat berterima kasih atas semua doa, pesan kasih sayang, dan dukungan yang kami terima."
Keluarga Marins juga membuat akun Instagram untuk melacak upaya pemulihan. Pada hari Rabu, 25 Juni, keluarga tersebut menyatakan bahwa mereka akan mencari keadilan untuk putri mereka yang mereka percayai telah diabaikan pada saat-saat terakhirnya. "Juliana mengalami kelalaian besar dari pihak tim penyelamat," tulis keluarga dalam pernyataan yang diterjemahkan. "Jika tim tersebut sampai kepadanya dalam waktu estimasi 7 jam, Juliana pasti masih hidup."
Marins sedang dalam perjalanan menuju puncak bersama lima temannya ketika ia jatuh, kata Muhammad Hariyadi, kepala penyelamat setempat kepada Reuters. Marins tidak jatuh ke dalam kawah gunung berapi, tetapi pasir lembut di lokasi tersebut membuat tim penyelamat yang terdiri dari 50 orang kesulitan untuk mengambilnya kembali.
Rekaman drone yang diperoleh media Brasil, TV Brasil EBC, menunjukkan bahwa Marins terlihat duduk di pasir abu-abu dalam keadaan sadar dan menggerak-gerakkan tubuhnya. Namun, keesokan harinya, tidak ada jejak Marins dalam rekaman drone, tetapi ia ditemukan lagi oleh penyelamat pada hari Senin, 23 Juni, menurut BBC.
Sebelum jasadnya ditemukan, keluarga Marins membuat seruan mendesak untuk bantuan melalui media sosial. "SELURUH HARI dan mereka hanya maju 250m, mereka berjarak 350m dari Juliana dan mereka mundur," tulis mereka. "KAMI BUTUH BANTUAN, KAMI BUTUH TIM PENYELAMAT UNTUK MENCAPAI JULIANA SECEPATNYA!"
Gunung Rinjani adalah destinasi hiking yang populer dan merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dengan ketinggian 12.224 kaki.