Pemimpin dari India, Amerika Serikat, dan Taiwan secara bersamaan memberikan dukungan kepada pemimpin spiritual pengasingan Tibet, Dalai Lama, dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-90 pada hari Minggu. Ulang tahun yang menandai tonggak penting ini juga menimbulkan pertanyaan geopolitik mengenai masa depan Tibet dan posisinya di bawah pengaruh Tiongkok.

Sejak invasi Tiongkok pada tahun 1950, Tibet telah berada di bawah kendali Beijing, yang semakin menguatkan kekuasaan mereka di daerah tersebut. Banyak orang Tibet khawatir bahwa Tiongkok akan segera menunjuk pengganti rival untuk Dalai Lama, yang dapat memperkuat kekuasaan Tiongkok atas Tibet. Dalam konteks ini, pengganti yang diakui oleh pemerintah Tiongkok bisa mengancam keberadaan budaya dan tradisi Tibet.

Dalai Lama, yang menyebut dirinya sebagai “biksu Buddha sederhana,” merayakan hari jadi istimewa ini di India, tempat dia tinggal sejak melarikan diri bersama ribuan orang Tibet lainnya dari pasukan Tiongkok yang menumpas pemberontakan di Lhasa pada tahun 1959. Dalam sambutannya, Dalai Lama menegaskan bahwa hanya kantornya yang berbasis di India yang memiliki hak untuk memilih penggantinya di masa depan.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyampaikan ucapan selamat yang hangat, menyatakan, “Saya bergabung dengan 1,4 miliar orang India dalam memberikan ucapan selamat yang terhangat untuk Yang Mulia Dalai Lama di ulang tahunnya yang ke-90.” Modi kemudian menambahkan bahwa Dalai Lama telah menjadi simbol cinta, kasih sayang, kesabaran, dan disiplin moral yang tak tergoyahkan.

Di sisi lain, Tiongkok pada hari Rabu menegaskan bahwa mereka akan memiliki suara akhir dalam menentukan siapa yang akan menjadi pengganti pemimpin spiritual Tibet tersebut. Sikap Modi yang mendukung Dalai Lama ini sangat signifikan, mengingat India dan Tiongkok adalah rival sengit yang saling bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Asia Selatan, meskipun mereka telah berusaha memperbaiki hubungan setelah bentrokan di perbatasan pada tahun 2020.

Sekretaris Negara AS, Marco Rubio, juga mengeluarkan pernyataan yang dibacakan pada perayaan di India, menyatakan bahwa Washington berkomitmen untuk mempromosikan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan mendasar bagi orang Tibet. “Kami mendukung upaya untuk melestarikan warisan linguistik, budaya, dan agama orang Tibet, termasuk kemampuan mereka untuk memilih dan menghormati pemimpin agama tanpa campur tangan,” ungkapnya.

Presiden Taiwan, Lai Ching-te, yang memimpin pulau yang diklaim Tiongkok sebagai bagian dari wilayahnya, juga menunjukkan dukungannya. Dalam pernyataan yang dibacakan pada upacara tersebut, Lai menyatakan bahwa contoh yang ditunjukkan oleh Dalai Lama “beresonansi dengan semua orang yang menghargai kebebasan, demokrasi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.”

Tidak hanya itu, tiga mantan presiden AS juga mengirimkan pesan yang disiarkan dalam acara tersebut. Bill Clinton mengungkapkan rasa terima kasihnya atas upaya Dalai Lama untuk membangun dunia yang lebih baik di tengah tantangan yang ada. Sementara George W. Bush menambahkan bahwa dunia saat ini adalah tempat yang bermasalah dan kita butuh semangat kasih sayang dan kebaikan lebih dari sebelumnya. Barack Obama, dalam pesannya kepada sahabatnya, menyampaikan ucapan selamat ulang tahun yang penuh hangat dan mengingatkan bahwa kepemimpinan Dalai Lama telah berlangsung lebih lama daripada usia dirinya sendiri, dan menunjukkan kepada generasi bagaimana cara berkompromi, serta berbicara untuk kebebasan dan martabat.