Tarif baru yang ditetapkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mencapai angka setinggi 40% untuk 14 negara telah menimbulkan reaksi yang cukup tenang dari negara-negara Asia yang paling terdampak. Negara-negara ini menaruh harapan untuk dapat melakukan renegosiasi tarif tersebut sebelum kebijakan baru ini mulai berlaku bulan depan.

Di antara negara-negara yang terkena dampak, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia menerima tarif terendah sebesar 25%. Sementara itu, Laos dan Myanmar, yang keduanya mengalami tingkat kemiskinan yang tinggi, harus menghadapi tarif tertinggi yang mencapai 40%. Keputusan ini menunjukkan ketidakadilan bagi negara-negara yang sudah berjuang dengan tantangan ekonomi.

Donald Trump, melalui akun media sosialnya, membagikan salinan surat-surat tarifnya kepada masing-masing negara yang terkena dampak. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa lebih banyak surat akan dikirimkan dalam minggu ini. Langkah ini menunjukkan komitmen Trump untuk menegakkan kebijakan perdagangan yang ketat.

Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengungkapkan bahwa telah ada kemajuan dalam usaha untuk menghindari tarif yang lebih tinggi, yang bisa mencapai 35%, yang sebelumnya diusulkan Trump. Di sisi lain, kementerian industri Korea Selatan menyatakan rencana untuk meningkatkan pembicaraan perdagangan dengan AS sebelum 1 Agustus, dengan harapan dapat mencapai hasil yang saling menguntungkan.

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, juga memberikan pandangannya, menyebutkan bahwa tarif 30% yang dikenakan oleh AS dianggap tidak adil, mengingat 77% barang-barang AS yang masuk ke Afrika Selatan tidak dikenakan tarif. Pernyataan ini menyoroti ketidakadilan yang dihadapi oleh negara-negara pengimpor yang mengandalkan barang-barang dari AS.

Artikel ini juga menyajikan informasi lebih lanjut tentang tarif dan berita politik kunci AS lainnya pada hari ini.

Bagi yang belum mengikuti, berikut adalah ringkasan mengenai apa yang terjadi pada 6 Juli 2025.