Keputusan Trump: Dukungan Militer untuk Ukraina Diperkuat

Gedung Putih mengumumkan pekan lalu bahwa keputusan telah dibuat "untuk mengutamakan kepentingan Amerika" sebagai respons terhadap tinjauan Departemen Pertahanan mengenai dukungan militer kepada negara lain.
Perubahan sikap yang tampaknya terjadi pada Trump muncul setelah beberapa hari serangan drone dan rudal mematikan Rusia di kota-kota Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv. Salah satu serangan di kota tersebut pada hari Kamis lalu mengklaim korban jiwa yang ketiga, menurut pejabat setempat.
Dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump menyatakan bahwa Kyiv perlu mampu mempertahankan dirinya sendiri. "Kami akan mengirim lebih banyak senjata. Kami harus... Mereka sedang mendapatkan serangan yang sangat keras sekarang," ujarnya.
Trump juga mengungkapkan rasa kecewanya, mengatakan, "Saya kecewa bahwa Presiden Putin belum menghentikan serangan." Pernyataan ini menunjukkan tingkat keprihatinan yang semakin meningkat terkait situasi di Ukraina.
Pentagon menanggapi dengan pernyataan singkat yang menyatakan, "Atas arahan Presiden Trump, Departemen Pertahanan mengirimkan senjata defensif tambahan ke Ukraina untuk memastikan bahwa orang Ukraina dapat membela diri sambil kami bekerja untuk mengamankan perdamaian yang langgeng dan memastikan pembunuhan berhenti."
Setelah seminggu ketidakpastian, langkah AS ini akan menjadi berita baik bagi Ukraina, seperti yang dilaporkan oleh Paul Adams dari BBC di Kyiv. Sebelumnya, Kyiv memperingatkan bahwa penangguhan beberapa pengiriman akan mengganggu kemampuannya untuk mempertahankan diri dari meningkatnya serangan udara dan kemajuan Rusia di garis depan.
Pada akhir pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa ia telah berbicara dengan Trump mengenai "peluang dalam pertahanan udara dan sepakat bahwa kami akan bekerja sama untuk memperkuat perlindungan langit kami." Ini menunjukkan adanya kerjasama yang lebih erat antara Ukraina dan AS dalam menghadapi ancaman Rusia.
Perang di Ukraina telah berlangsung lebih dari tiga tahun sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022. Upaya gencatan senjata juga sebagian besar terhenti setelah beberapa upaya oleh Trump untuk menengahi kesepakatan antara kedua belah pihak.
Setelah melakukan panggilan dengan Putin minggu lalu, Trump menyatakan bahwa "tidak ada kemajuan" untuk mengakhiri konflik, menambahkan, "Saya rasa dia tidak berniat untuk berhenti." Komentar ini mencerminkan frustrasi terhadap ketidakmampuan untuk menemukan solusi damai.
Beberapa jam setelah panggilan tersebut, Ukraina melaporkan bahwa Rusia menembakkan rekor 539 drone dan 11 rudal yang menargetkan Kyiv, dan juga menyerang wilayah Sumy, Kharkiv, Dnipropetrovsk, dan Chernihiv.
Zelensky telah menyerukan kepada sekutu internasional - terutama AS - untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow dan memberlakukan sanksi yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa Ukraina masih sangat bergantung pada dukungan asing dalam menghadapi agresi Rusia.