Pada Rabu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 50% kepada Brasil, negara terbesar di Amerika Latin, mulai 1 Agustus mendatang. Langkah ini dianggap oleh banyak pihak, termasuk Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, sebagai serangan terhadap kedaulatan bangsa Brasil.

Tarif baru ini tidak hanya menjadi yang tertinggi di antara pengumuman tarif lainnya pada minggu ini, tetapi juga ditujukan kepada negara yang telah mengalami surplus perdagangan dengan AS selama 17 tahun terakhir. Dalam surat yang dikirim Trump kepada Lula, nada yang digunakan sangat berbeda dari format standar yang biasanya dipakai dalam korespondensi kepada negara lain, menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam.

Trump mengklaim bahwa tarif baru ini adalah bentuk pembalasan atas kasus hukum yang dihadapi mantan presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang saat ini sedang diadili dan berpotensi dipenjara karena diduga memimpin upaya kudeta untuk membatalkan kekalahannya dalam pemilihan 2022 melawan Lula. Bolsonaro membantah semua tuduhan tersebut.

Sebelumnya, pada hari Senin, Trump memberikan pembelaan terkuatnya terhadap Bolsonaro, mengklaim bahwa mantan presiden Brasil yang sering disebut sebagai 'Trump dari Tropis' adalah korban dari 'perburuan penyihir' yang bertujuan agar ia tidak bisa ikut dalam pemilihan mendatang. Menyusul intervensi yang luar biasa ini, Brasil memanggil utusan AS untuk memberikan penjelasan. Pada hari Rabu, saat mengumumkan tarif baru, Trump mengulang banyak argumennya dan mengklaim bahwa Mahkamah Agung Brasil telah mengeluarkan 'perintah sensor' terhadap perusahaan teknologi AS, menuduh Brasil melakukan 'serangan yang berkelanjutan terhadap kegiatan bisnis digital perusahaan Amerika'. Sekali lagi, Brasil memanggil utusan AS dan secara simbolis menolak surat tersebut, sementara Lula, yang pada hari Senin menyatakan bahwa Brasil tidak menerima intervensi eksternal, mengeluarkan pernyataan baru yang membantah klaim-klaim Trump satu per satu. Staf Lula kini sedang mempertimbangkan langkah-langkah balasan terkait tarif baru ini.

Bagaimana reaksi di dalam Brasil? Mengingat surplus perdagangan AS yang sudah berlangsung lama dengan Brasil, yang sebelumnya dikenakan tarif minimal 10% dalam putaran April, reaksi umum adalah kejutan. Meski demikian, salah satu putra politisi Bolsonaro, Eduardo Bolsonaro, dengan cepat mengklaim bahwa kenaikan tarif ini adalah 'sukses' yang dihasilkan dari 'dialog intens' dengan anggota pemerintahan Trump sejak bulan Maret. Namun, para pemimpin bisnis yang biasanya mendukung Bolsonaro, termasuk sektor-sektor seperti kopi, daging, tekstil, plastik, dan alas kaki, menjadi yang paling mungkin terkena dampak dari tarif tersebut dan telah mengungkapkan kekhawatiran mereka. Dilaporkan bahwa lingkaran dalam Bolsonaro kini sedang berupaya untuk memastikan bahwa dampak politik dan ekonomi tidak jatuh pada mantan presiden tersebut.