Pada hari Rabu, militer Israel melakukan serangan udara yang mengakibatkan tewasnya setidaknya 70 warga Palestina di seluruh Jalur Gaza, sebagaimana dilaporkan oleh otoritas kesehatan setempat. Peningkatan kekerasan ini terjadi saat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melakukan kunjungan ke Timur Tengah.

Para petugas medis melaporkan bahwa sebagian besar korban jiwa, yang termasuk wanita dan anak-anak, adalah akibat dari serangkaian serangan udara Israel yang menargetkan sejumlah rumah di kawasan Jabalia, yang terletak di utara Gaza. Dalam pernyataan kementerian kesehatan, mereka mengungkapkan, "Beberapa korban masih berada di jalan dan di bawah puing-puing, di mana tim penyelamat dan darurat sipil tidak dapat mencapai mereka."

Militer Israel belum memberikan komentar langsung terkait laporan ini, namun mereka menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya untuk memverifikasi informasi tersebut.

Rekaman video dari Reuters menunjukkan warga setempat kembali ke reruntuhan rumah mereka. Beberapa dari mereka menyaring puing-puing dinding dan perabotan, mencari dokumen dan barang-barang berharga. Hadi Moqbel, seorang saksi yang kehilangan kerabat dalam serangan di Jabalia, menceritakan, "Mereka meluncurkan dua roket, mereka memberi tahu kami bahwa rumah Moqbel telah terkena serangan. Kami berlari dan melihat bagian tubuh di tanah, anak-anak terbunuh, seorang wanita terbunuh, dan seorang bayi yang kepalanya hancur seperti bunga. Dia baru berusia dua bulan."

Media Israel pada hari Rabu melaporkan, berdasarkan keterangan pejabat keamanan, bahwa mereka percaya pemimpin militer Hamas, Mohammad Sinwar, dan beberapa pejabat senior lainnya telah tewas dalam serangan pada hari Selasa yang menargetkan apa yang dijelaskan oleh militer Israel sebagai bunker komando dan kontrol di bawah Rumah Sakit Eropa di kota Khan Younis, selatan Gaza. Namun, baik militer Israel maupun Hamas belum mengonfirmasi informasi tersebut.

Pada hari Rabu, saksi mata dan petugas medis melaporkan bahwa serangan udara Israel mengenai sebuah buldoser yang mendekati area serangan di dekat Rumah Sakit Eropa, melukai beberapa orang.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada minggu ini berjanji bahwa pasukan Israel akan segera memasuki Gaza dengan "kekuatan penuh" untuk mengakhiri kekuasaan Hamas. Dalam beberapa pekan terakhir, ribuan cadangan militer Israel telah dipanggil kembali untuk menghadapi situasi ini.

Di sisi lain, kelompok Jihad Islam, sebuah kelompok militan yang didukung Iran dan beraliansi dengan Hamas, meluncurkan roket ke arah Israel pada Selasa malam. Sebelum serangan Israel dimulai sebagai respons, militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi kepada warga di wilayah Jabalia dan Beit Lahiya yang berdekatan.

Penguatan serangan Israel ini terjadi di tengah harapan rakyat Palestina bahwa kunjungan Trump mungkin akan memicu tekanan untuk meredakan kekerasan. Pada hari Senin, Hamas melepas Edan Alexander, yang diyakini sebagai warga Amerika terakhir yang masih hidup sebagai sandera, menjelang kunjungan Trump.

Bicara di Riyadh pada hari Selasa, Trump menyatakan bahwa lebih banyak sandera akan dibebaskan setelah Alexander dan menambahkan bahwa rakyat Gaza pantas mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Upaya untuk mencapai gencatan senjata telah mengalami kemunduran dalam beberapa pekan terakhir, dengan Hamas dan Israel saling menyalahkan. Hamas berkomunikasi dengan pihak Amerika serta mediator Mesir dan Qatar untuk mengatur pelepasan Alexander, sementara Israel mengirim tim ke Doha untuk memulai putaran pembicaraan baru.

Pada hari Selasa, utusan khusus Trump, Steve Witkoff dan Adam Boehler, menemui keluarga sandera di Tel Aviv dan menyatakan bahwa mereka kini melihat peluang yang lebih baik untuk mencapai kesepakatan mengenai pembebasan mereka setelah kesepakatan mengenai Alexander.

Pemerintah AS juga telah mengajukan rencana untuk membuka kembali pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza menggunakan kontraktor swasta. Israel, yang telah memberlakukan blokade total terhadap pasokan yang masuk ke Gaza sejak 2 Maret, telah menyetujui rencana tersebut. Namun, rencana ini ditolak oleh PBB dan lembaga bantuan internasional, dan rincian kunci, termasuk sumber dana dan donor, tetap tidak jelas.

Di saat yang sama, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa risiko kelaparan dan kelaparan massal semakin meningkat di Gaza. Pejabat kesehatan Palestina melaporkan bahwa puluhan anak telah meninggal akibat kekurangan gizi sejak Maret, ketika Israel memblokade semua pengiriman bantuan.

Israel memulai invasi ke Gaza sebagai balasan atas serangan yang dipimpin Hamas terhadap komunitas di selatan Israel pada 7 Oktober 2023, yang dilaporkan telah menewaskan sekitar 1.200 orang, termasuk beberapa warga Kanada. Israel juga menyebutkan bahwa 251 orang secara keseluruhan telah disandera ke Gaza.

Kampanye yang dilakukan Israel telah mengakibatkan lebih dari 52.900 warga Palestina tewas, menurut pejabat kesehatan setempat, dan merusak enclave kecil pesisir tersebut. Penduduk Gaza yang berjumlah sekitar 2,3 juta orang kini berada di ambang kelaparan, menurut kelompok bantuan dan lembaga internasional.