Ketika dunia spiritual bertemu dengan skandal keuangan, hasilnya bisa mengejutkan! Abbot terkenal dari Kuil Shaolin, Shi Yongxin, yang dikenal sebagai 'biksu CEO', sedang diselidiki karena dugaan penggelapan dan hubungan tidak pantas dengan wanita.

Laiknya sebuah drama, berita ini membangkitkan kembali tuduhan yang sudah ada selama satu dekade terhadap biksu kontroversial ini. Shi, yang berusia 59 tahun, dicurigai melakukan tindakan kriminal termasuk penggelapan dan penyalahgunaan dana proyek serta aset kuil. Pengumuman ini dibuat oleh otoritas kuil dalam sebuah pernyataan resmi.

Lebih jauh lagi, Shi juga dituduh melanggar prinsip-prinsip dasar agama Buddha dengan mempertahankan hubungan tidak pantas dengan beberapa wanita selama waktu yang lama serta diduga memiliki paling tidak satu anak. Padahal, para biksu di China diharapkan untuk mengambil sumpah selibat. Pernyataan dari kuil tersebut juga menyebutkan bahwa Shi sedang dalam penyelidikan oleh berbagai departemen.

Kuil Shaolin sendiri didirikan lebih dari 1.500 tahun yang lalu di pegunungan hutan China tengah, menjadi ikon agama dan budaya, terkenal dengan tradisi Zen Buddha dan kung fu Shaolin, yang merupakan bentuk seni bela diri Cina yang khas.

Shi Yongxin menjadi abbot Kuil Shaolin pada tahun 1999 dan merupakan anggota parlemen China selama dua dekade. Ia kerap muncul dalam sorotan media dengan citranya sebagai biksu modern yang memiliki gelar Master of Business Administration, sering terlihat berkeliling dunia bertemu dengan pemimpin dunia dan tokoh industri, dari Ratu Elizabeth II hingga CEO Apple, Tim Cook.

Namun, sorotan media tidak selalu positif. Berita buruk mengikutinya selama bertahun-tahun, termasuk penerimaan mobil senilai satu juta yuan sebagai imbalan atas promosi pariwisata pada tahun 2006. Saat itu, Shi merespon kecaman publik dengan berkata, “Biksu juga warga negara. Kami telah memenuhi tugas dan memberikan kontribusi kepada masyarakat, jadi adalah hal yang wajar jika kami menerima penghargaan.”

Fokusnya untuk mempromosikan merek Shaolin dan mengubahnya menjadi bisnis multimiliar dolar telah menuai kritik pedas, terutama dari beberapa pengikut yang melihat komersialisasi berlebihan sebagai korupsi integritas spiritual lembaga keagamaan ini. Ia menggelar pertunjukan kung fu Shaolin di seluruh dunia, melisensikan nama kuil untuk kartun, film, dan video game, serta mendirikan kerajaan bisnis yang mencakup penerbitan, pengobatan tradisional China, pengembangan pariwisata, dan real estate.

Shi membela upayanya dalam mengkomersialkan merek Shaolin, berpendapat bahwa jika China bisa mengimpor resor Disney, mengapa negara lain tidak bisa mengimpor Kuil Shaolin? Namun, pada tahun 2015, seorang individu yang mengaku sebagai orang dalam Shaolin memposting klaim mengejutkan di media sosial Cina, menggambarkan Shi sebagai pelaku penggelapan dan playboy dengan anak-anak tidak sah.

Klaim tersebut muncul dengan dokumen dari akhir 1980-an yang menunjukkan Shi diusir dari Shaolin karena pencurian dan tuduhan lainnya. Dokumen itu termasuk akta kelahiran untuk salah satu anaknya yang diduga tidak sah. Kuil Shaolin segera mengeluarkan penyangkalan dan pihak berwenang menginvestigasi klaim tersebut, meski akhirnya kasus itu ditutup pada tahun 2017 karena kekurangan bukti. Tiga tahun kemudian, Shi terpilih kembali sebagai wakil ketua Asosiasi Buddha China.

Baru-baru ini, pada hari Senin, Asosiasi Buddha China mengumumkan bahwa Shi telah dicabut sertifikat ordinasinya, yang merupakan bukti resmi kualifikasi seorang biksu. “Tindakan Shi Yongxin sangat tercela, mencoreng reputasi komunitas Buddha dan merusak citra biksu,” kata pernyataan tersebut.

Dengan keputusan ini, Asosiasi Buddha China menegaskan dukungannya untuk menangani kasus Shi Yongxin sesuai hukum.