Misteri Gunung Appalachian: Apakah ‘Blob Panas’ Ini yang Membuatnya Tinggi?

Bayangkan jika kita memberi tahu Anda bahwa gunung terbesar di dunia mungkin disebabkan oleh sesuatu yang terdengar lebih seperti fantasi sains daripada geologi! Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sebuah blob raksasa dari batuan super panas di bawah Pegunungan Appalachian mungkin telah membantu mengangkatnya, menjelaskan mengapa gunung-gunung ini tetap menjulang tinggi meskipun telah tergerus oleh waktu selama jutaan tahun.
Menurut penelitian yang diterbitkan pada 30 Juli dalam jurnal Geology, sebuah zona panas raksasa yang dikenal dengan nama Anomali Appalachian Utara terbentuk ketika Greenland terpisah dari Amerika Utara sekitar 80 juta tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya bahwa fitur geologis ini adalah sisa dari pemisahan Amerika Utara dan Afrika yang terjadi 180 juta tahun lalu. Namun, teori lama ini tidak lagi bisa dipertahankan setelah serangkaian analisis baru.
Thomas Gernon, penulis utama dan profesor ilmu bumi di Universitas Southampton, mengungkapkan, “Peningkatan panas ini telah menjadi fitur yang membingungkan dalam geologi Amerika Utara." Dia juga mencatat bahwa daerah tersebut berada di bagian benua yang secara tektonik tidak aktif selama 180 juta tahun, sehingga gagasan bahwa itu adalah sisa dari pemisahan daratan sebelumnya tampaknya tidak valid.
Menariknya, penelitian baru ini menunjukkan bahwa blob panas tersebut sebenarnya muncul sekitar 80 juta tahun yang lalu, saat Greenland dan Kanada mulai terpisah. Temuan ini menunjukkan bahwa blob semacam ini mungkin terbentuk ketika benua terpisah, dengan dampak yang dapat mempengaruhi pembentukan gunung, gunung berapi, dan lapisan es.
Dalam studi yang diterbitkan tahun lalu di jurnal Nature, Gernon dan rekan-rekannya menjelaskan bagaimana blob panas terbentuk. Mereka muncul ketika material dari mantel Bumi naik untuk mengisi celah yang dihasilkan oleh pemisahan benua. Material ini kemudian mendingin dan menjadi begitu padat sehingga tenggelam, memicu reaksi beruntun di mantel yang mereka sebut sebagai gelombang mantel.
Gernon menyebutkan bahwa ada kondisi khusus yang diperlukan untuk pembentukan gelombang mantel ini, seperti adanya perbedaan suhu yang curam tempat material tersebut memasuki mantel. Ini berarti bahwa tidak semua pemisahan benua akan menciptakan gelombang mantel, menambah keunikan fenomena ini.
Berdasarkan simulasi dengan pengamatan geologis langsung, para peneliti memodelkan pelat tektonik dan geodinamik untuk meneliti bagaimana blob panas ini berfungsi. Mereka menemukan bahwa blob tersebut bergerak ke barat daya dengan kecepatan 20 km setiap juta tahun. Hasil ini sejalan dengan estimasi sebelumnya.
Dalam penemuan mereka, para ilmuwan mengamati bahwa blob panas tersebut mungkin telah membantu mengangkat Pegunungan Appalachian saat mencapai daerah tersebut. Ini bisa menjawab pertanyaan lama mengapa Appalachian tetap tinggi meskipun mengalami erosi signifikan selama 20 juta tahun terakhir.
“Panas di dasar benua dapat melemahkan dan menghilangkan bagian dari akar padatnya, membuat benua menjadi lebih ringan dan lebih mengapung, seperti balon udara panas yang naik setelah melepaskan beban,” jelas Gernon. “Ini bisa menyebabkan gunung kuno terangkat lebih jauh selama jutaan tahun ke depan.”
Menariknya lagi, blob panas lainnya bisa menjelaskan mengapa gunung-gunung dengan geologi yang mirip dengan Appalachian masih berdiri megah hingga saat ini. Mereka juga bisa berkontribusi terhadap letusan vulkanik langka yang membawa berlian ke permukaan Bumi.
Studi ini juga menjelaskan blob panas yang terletak di bawah Greenland utara, anomali yang lahir dari pemisahan benua yang sama, namun di sisi yang bertentangan dari celah tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa blob ini menciptakan arus panas di bawah Lapisan Es Greenland yang mempengaruhi pergerakan dan pencairan es saat ini.
“Anomali panas kuno terus memainkan peran kunci dalam membentuk dinamika lapisan es benua dari bawah,” kata Gernon. Meskipun tidak ada tanda-tanda aktivitas tektonik yang sedang berlangsung di permukaan, konsekuensi dari pemisahan kuno masih berlanjut di bawah permukaan.
Dengan estimasi bahwa Anomali Appalachian Utara akan terus bergerak menuju New York dalam 10 sampai 15 juta tahun ke depan, para ilmuwan juga memperingatkan bahwa begitu blob panas ini meninggalkan Appalachian, kerak bumi di sana akan kembali menurun. “Tanpa adanya pengangkatan tektonik atau mantel lebih lanjut, erosi akan terus mengikis gunung, secara bertahap menurunkan elevasinya,” Gernon menambahkan.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemisahan benua dan peristiwa geologis besar lainnya dapat terus mempengaruhi planet kita selama ribuan, bahkan jutaan, tahun yang akan datang.