Membongkar Tragedi: Mengapa Pembunuhan Singa Blondie Mengguncang Dunia Perlindungan Satwa!

Siapa sangka bahwa pembunuhan satu singa dapat memicu kemarahan global? Tindakan sadis seorang pemburu trofi yang menembak mati singa yang terlibat dalam proyek penelitian di Zimbabwe telah menggemparkan banyak orang, mengingat insiden tragis yang melibatkan singa Cecil yang terkenal hanya satu dekade lalu.
Di Harare, Zimbabwe, singa bernama Blondie, yang dilengkapi dengan kalung penelitian dan merupakan bagian dari studi Universitas Oxford, dibunuh oleh seorang pemburu trofi pada bulan Juni. Blondie, yang dikenal luas oleh para peneliti dan pengamat satwa liar, dibunuh di dekat Taman Nasional Hwange, setelah ia tergoda keluar dari kawasan yang dilindungi ke zona berburu dengan umpan.
Setelah berita pembunuhan Blondie menyebar, banyak kelompok perlindungan satwa liar bersatu untuk mengecam tindakan itu, merujuk kembali pada kemarahan internasional yang menyusul kematian Cecil, singa lain yang dibunuh oleh turis asal Amerika. Africa Geographic, perusahaan safari yang mensponsori penelitian Blondie, mengekspresikan rasa kecewa mereka atas kejadian ini, dengan CEO Simon Espley menyatakan bahwa tindakan tersebut “menjadi ejekan terhadap etika” yang sering kali diklaim oleh para pemburu trofi.
Meski begitu, seorang juru bicara dari Otoritas Taman Nasional Zimbabwe, Tinashe Farawo, mengungkapkan bahwa perburuan tersebut legal dan pemburu memiliki izin yang diperlukan. Zimbabwe memperbolehkan hingga 100 singa dibunuh setiap tahun, dengan para pemburu, yang umumnya adalah turis asing, membayar puluhan ribu dolar untuk membunuh singa dan membawa pulang kepala atau kulitnya sebagai trofi.
Farawo juga menegaskan bahwa uang dari perburuan penting untuk mendukung upaya konservasi di Zimbabwe yang dibawah pendanaan. Ia menjelaskan bahwa singa sering diburu pada malam hari, sehingga kalung yang dikenakan Blondie mungkin tidak terlihat. Dia menolak mengonfirmasi adanya penggoda yang digunakan dalam perburuan, meskipun menjelaskan bahwa tidak ada yang tidak etis atau ilegal dari metode tersebut.
Perburuan singa menjadi perdebatan sengit bahkan di antara para konservasionis. Sementara beberapa percaya bahwa jika dikelola dengan baik, hal itu dapat meningkatkan dana yang digunakan untuk konservasi, yang lainnya menuntut larangan total terhadap pembunuhan satwa demi olahraga. Di beberapa negara Afrika seperti Kenya, perburuan komersial telah dilarang, sementara negara lain seperti Zimbabwe dan Afrika Selatan masih memperbolehkannya, bahkan Botswana baru-baru ini mencabut larangan perburuan enam tahun lalu.
Sejarah kembali menyoroti bahwa pembunuhan Cecil pada tahun 2015 menyebabkan kemarahan yang luar biasa terhadap Walter Palmer, seorang dokter gigi asal Minnesota, yang menembak Cecil dan mengambil bagian tubuhnya sebagai trofi. Dalam konteks ini, Blondie hanya menjadi satu dari banyak contoh bagaimana spesies ikonik Afrika ini semakin terancam.
Zimbabwe diperkirakan memiliki sekitar 1.500 singa liar, dengan sekitar sepertiga dari mereka hidup di Taman Nasional Hwange yang luas. Seluruh populasi singa liar di Afrika diperkirakan hanya sekitar 20.000, dengan angka ini terus menurun akibat hilangnya habitat dan konflik dengan manusia. Singa, yang merupakan salah satu spesies paling ikonik di Afrika, saat ini terdaftar sebagai rentan oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam.