Pernahkah Anda membayangkan bahwa alat jantung bisa menjadi senjata dalam eksekusi mati? Di Tennessee, seorang narapidana yang dijadwalkan dieksekusi pada 5 Agustus menghadapi dilema mengerikan: alat pacu jantung yang ditanamkan di tubuhnya bisa menghantuinya dengan sengatan listrik saat dia sekarat. Ini lebih dari sekadar eksekusi; ini adalah potensi penyiksaan di depan mata hukum.

Byron Black, 69 tahun, telah menjalani kehidupan yang penuh kesulitan. Dia mendapatkan defibrillator jantung implan (ICD) pada Mei 2024, yang berfungsi untuk memberikan kejutan listrik pada jantungnya saat terjadi keadaan darurat. Namun, saat eksekusi dengan suntikan mematikan pentobarbital mendekat, para pengacara Black memperingatkan bahwa alat ini bisa berfungsi sebaliknya, berusaha keras untuk menjaga hidupnya di saat-saat terakhir. Ini mengangkat pertanyaan mendalam tentang keadilan dan kemanusiaan dalam sistem hukum kita.

Menurut Amandemen Kedelapan Konstitusi AS, hukuman yang kejam dan tidak biasa dilarang. Namun, pada 18 Juli, seorang hakim menetapkan bahwa alat tersebut harus dinonaktifkan sebelum eksekusi, dan Departemen Pemasyarakatan Tennessee (TDOC) mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan Nashville General Hospital untuk melakukan hal ini. Namun, rumah sakit tersebut kemudian mengungkapkan bahwa mereka tidak akan turut serta dalam proses ini, menyatakan bahwa mereka tidak memiliki peran dalam eksekusi negara. "Permintaan ini berada di luar kesepakatan kami," ungkap mereka dalam laporan.

Kelley Henry, salah satu pengacara Black, menyatakan bahwa eksekusi tanpa menonaktifkan alat tersebut akan menjadi "sebuah tontonan yang mengerikan". Menurut pandangannya, ini bukan hanya sekadar eksekusi; ini adalah potensi untuk menyiksa seseorang yang sudah rentan. Black, yang juga menderita masalah kesehatan serius lainnya—seperti gagal jantung dan demensia—hanya ingin menjalani sisa hidupnya dengan damai, tetapi hukum tampaknya tidak memberinya kesempatan itu.

Pengacara Black telah mengajukan permohonan untuk menunda eksekusi, menegaskan bahwa mereka tidak ingin Black mengalami penderitaan tambahan akibat alat yang seharusnya membantunya. Namun, TDOC berargumen bahwa Black tidak akan merasakan kejutan dari alat tersebut, yang dibantah oleh pengacara Black. Mereka menunjuk pada penelitian yang menunjukkan bahwa urutan kejutan pertama dari ICD sangat efektif dalam mengembalikan ritme jantung dan bisa sangat menyakitkan.

Black dijatuhi hukuman karena membunuh pacarnya, Angela Clay, dan dua putrinya saat ia berada dalam keadaan marah dan cemburu. Seiring waktu berjalan, pengacara Black berharap bahwa dia bisa mendapatkan pengampunan dari gubernur dan dijadikan narapidana seumur hidup—sebuah harapan kecil di tengah gelombang kesedihan dan kekejaman.

Secara keseluruhan, kasus ini bukan hanya tentang hukum tetapi juga tentang kehidupan, kematian, dan seberapa jauh kita bersedia melangkah dalam nama keadilan.