Bisa dibilang, tidak ada yang lebih mengerikan daripada mengetahui bahwa bahkan singa yang dikenali pun tidak kebal dari ancaman manusia. Blondie, singa yang telah menjadi subyek penelitian ketat di Universitas Oxford, dilaporkan telah dibunuh oleh pemburu trofi di Zimbabwe. Kejadian ini memunculkan pertanyaan besar tentang etika dan dampak dari praktik berburu trofi yang terus berlangsung di era modern ini.

Blondie yang berusia lima tahun ini adalah singa jantan dominan yang menghuni kebangsaannya di dekat Taman Nasional Hwange. Kabar mengenai kematiannya datang pada minggu terakhir bulan Juni, saat ia dipercaya telah dibunuh di luar kawasan taman tersebut. Singa ini menjadi perhatian khusus karena ia mengenakan kalung pelacak yang digunakan oleh tim riset universitas untuk mempelajari pergerakan singa dan mendukung upaya konservasi jangka panjang.

Simon Espley, CEO dari Africa Geographic, sebuah perusahaan safari yang mensponsori kalung tersebut, mengungkapkan rasa kecewa dan kemarahan atas insiden ini. Ia menegaskan bahwa kematian Blondie menunjukkan betapa tidak amannya bahkan singa yang paling terlihat pun dari ancaman pemburu. “Kalung mencoloknya tidak menghentikannya dari tawaran kepada klien berburu, mengonfirmasi realitas pahit bahwa tidak ada singa yang aman dari peluru berburu,” ujarnya.

Menurut laporan dari Africa Geographic, Blondie diduga “dikasih umpan” keluar dari habitatnya dan kemudian ditembak, yang mereka anggap sebagai “perburuan yang sangat tidak etis.” Namun, pihak berwenang menyatakan bahwa perburuan dilakukan secara legal dengan semua izin yang diperlukan. Tinashe Farawo, juru bicara badan taman Zimbabwe, menyatakan bahwa perburuan sering kali terjadi di malam hari, sehingga kalung Blondie mungkin tidak terlihat.

Farawo berkata bahwa tidak ada yang tidak etis atau ilegal dalam perburuan semacam itu, menekankan bahwa kalung tersebut hanya untuk tujuan penelitian dan tidak menjadikan hewan kebal terhadap pembunuhan. Selain itu, terdapat konfirmasi bahwa beberapa ranger taman turut hadir selama pemburuan tersebut, dan semua administrasi berjalan sesuai prosedur.

Namun, berita kematian Blondie menggugah kembali ingatan akan Cecil, singa terkenal yang dibunuh di Zimbabwe pada tahun 2015, yang juga menimbulkan protes besar-besaran. Organisasi konservasi Born Free mengekspresikan kekecewaannya dan mengungkapkan bahwa dunia belum sepenuhnya belajar dari insiden Cecil. “Kegiatan tidak bertanggung jawab ini tidak memiliki tempat di dunia modern, saat satwa liar membutuhkan segala bantuan untuk bertahan hidup," tambah Dr. Mark Jones, kepala kebijakan dari Born Free.