Siapa sangka, dua pemimpin yang paling dibicarakan di dunia, Donald Trump dan Vladimir Putin, siap untuk bertemu dalam waktu dekat? Menurut laporan dari Associated Press, Kremlin telah menyetujui pertemuan ini dan menyebutkan bahwa lokasi pertemuan akan diumumkan segera. Ini menjadi momen bersejarah karena ini akan menjadi pertemuan pertama mereka sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat tahun ini.

Yuri Ushakov, penasihat urusan luar negeri Putin, mengungkapkan bahwa kedua pihak sedang berusaha untuk merencanakan pertemuan ini. Namun, di hari yang sama, Kremlin juga menyatakan bahwa mereka belum memberikan tanggapan mengenai usulan pertemuan trilateral yang melibatkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pertemuan yang diusulkan oleh utusan khusus Presiden AS, Steve Witkoff, saat berkunjung ke Moskow.

Ushakov menjelaskan bahwa, "Opsi ini hanya disebutkan oleh perwakilan Amerika selama pertemuan di Kremlin, tetapi tidak dibahas lebih lanjut. Pihak Rusia sama sekali tidak memberikan komentar mengenai opsi ini." Ini menunjukkan bahwa meskipun ada niat untuk berdialog, situasi yang kompleks di Ukraina dan sikap Rusia menjadi penghalang.

Pertemuan ini adalah bagian dari upaya untuk mencapai gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, mengakhiri konflik yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun. Menurut PBB, sejak dimulainya perang skala penuh pada Februari 2022, serangan Rusia di daerah perkotaan telah merenggut lebih dari 12.000 jiwa warga sipil Ukraina. Di garis depan seluas 1.000 kilometer dari Ukraina bagian timur laut hingga tenggara, di mana puluhan ribu tentara dari kedua belah pihak telah meninggal, Rusia terus memperluas kendalinya dengan tentara yang lebih besar.

Pengumuman pertemuan yang mungkin antara Trump dan Putin ini muncul hanya sehari setelah Witkoff bertemu dengan Presiden Rusia di Moskow. Witkoff mengusulkan pertemuan trilateral dengan Presiden Ukraina, tetapi Rusia tidak memberikan tanggapan terhadap usulan itu. Ushakov menegaskan, "Pihak Rusia sama sekali tidak memberikan komentar mengenai opsi ini," menandakan bahwa diplomasi yang rumit masih menjadi tantangan besar.