Paus biru, makhluk terbesar di planet kita, kini menghadapi ancaman yang lebih besar dari sekadar ukuran mereka. Dalam sebuah pengamatan yang mengejutkan, para ilmuwan menemukan bahwa lagu-lagu indah yang biasanya mengisi lautan kini semakin memudar, dan ini bukan hanya soal keheningan, tapi juga tentang masa depan spesies yang terancam punah ini.

Menurut penelitian terbaru dari Monterey Bay Aquarium Research Institute, lagu paus biru telah menurun hampir 40 persen dalam enam tahun terakhir. Bayangkan, suara-suara megah ini yang dulunya mendominasi gelombang laut kini menyusut.

Walaupun paus raksasa ini mungkin terlihat menakutkan, mereka sebenarnya memiliki diet yang berfokus pada kril, bahkan ada laporan bahwa mereka melindungi manusia dari serangan hiu. Namun, keheningan mereka menimbulkan banyak pertanyaan tentang apa yang terjadi di lautan kita.

Paus biru telah ada di bumi selama jutaan tahun, namun hampir punah akibat perburuan pada abad ke-20. Untungnya, perburuan paus biru dilarang pada tahun 1966, tetapi meski begitu, kini mereka terdaftar sebagai spesies yang terancam punah. David Attenborough, seorang pembela lingkungan yang terkenal, telah mengingatkan kita akan pentingnya menjaga laut, tetapi dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia tampaknya semakin menekan jumlah paus biru.

Menurut John Ryan, seorang oseanograf biologis dari Monterey Bay Aquarium Research Institute, sebuah gelombang panas laut bernama The Blob, yang terdeteksi pada tahun 2013, telah memicu perubahan berbahaya dalam kimia laut, yang menyebabkan pertumbuhan alga beracun. Dia menjelaskan kepada National Geographic, "Ini menyebabkan keracunan yang paling luas pada mamalia laut yang pernah tercatat. Ini adalah masa-masa yang sulit bagi paus."

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa gelombang panas itu menyebabkan populasi kril dan ikan anchovy runtuh, sehingga paus biru terus-menerus mencari makanan. Ryan menambahkan, "Ketika Anda benar-benar memecahkannya, ini seperti mencoba bernyanyi saat Anda kelaparan. Mereka menghabiskan seluruh waktu mereka hanya untuk mencari makanan. Kami tidak mendengar mereka bernyanyi. Mereka menghabiskan semua energi mereka untuk mencari, dan tidak ada waktu tersisa. Ini memberi tahu kami bahwa tahun-tahun tersebut sangat stres."

The Blob diketahui meningkatkan suhu laut lebih dari 4,5°F, yang menyebabkan kerusakan besar pada populasi laut. Kelly Benoit-Bird, seorang ahli biologi laut, menambahkan bahwa ketika terjadi tahun-tahun panas yang ekstrem ini, lebih dari sekadar suhu yang terpengaruh. "Seluruh sistem berubah, dan kami tidak mendapatkan kril. Jadi, hewan yang bergantung pada kril akan kesulitan. Ada konsekuensi ekosistem yang besar dari gelombang panas laut ini. Jika mereka tidak dapat menemukan makanan, dan mereka bisa menjelajahi seluruh Pantai Barat Amerika Utara, itu adalah konsekuensi skala besar."

Seiring perubahan iklim terus mempercepat, laut kita bisa hancur. Para ilmuwan memperingatkan bahwa bahkan sedikit perubahan suhu bisa menyebabkan kerusakan yang bencana bagi jutaan spesies. Kami harus bertindak sekarang, sebelum suara-suara megah ini benar-benar hilang dari lautan kita.