Bayangkan sebuah dunia di mana makhluk hidup tidak lagi memiliki kehendak bebas mereka sendiri! Benarkah ada parasit yang dapat mengendalikan pikiran dan perilaku insekta hingga menjadikannya seperti zombie? Ini bukan hanya fiksi ilmiah; ini adalah kenyataan yang mengerikan dan menakjubkan!

Di alam, terdapat jamur yang tipisnya sepuluh kali lipat dari rambut manusia, namun mampu menjadi ancaman yang mematikan. Ketika seekor semut melangkah di atasnya, tanpa disadari ia telah terinfeksi. Jamur ini menempel pada eksoskeleton semut, meresap ke dalamnya, dan mulai mengembangkan parasit di dalam tubuhnya, hingga akhirnya mengendalikan sistem saraf semut tersebut. Dalam waktu yang singkat, semut menjadi alat bagi jamur, melangkah keluar dari jalurnya dan naik ke pohon. Di sana, ia menggigit daun dan mati, sementara jamur Ophiocordyceps unilateralis tumbuh dari kepalanya, melepaskan spora untuk mencari korban baru.

Jamur infeksius ini sangat spesifik menyerang semut dan mengubah perilaku mereka untuk bereproduksi. Meski keberadaannya di dunia nyata, namanya menjadi terkenal berkat fiksi, terutama dalam video game dan serial TV 'The Last of Us', di mana jamur mengubah manusia menjadi zombie. Namun, semut bukanlah satu-satunya korban; ada banyak spesies lainnya yang juga terpengaruh oleh parasit ini, yang dikenal dengan sebutan 'insect zombies'.

Jurnalis sains Amerika, Mindy Weisberger, baru saja menerbitkan buku berjudul 'Rise of the Zombie Bugs', yang menyelidiki fenomena mengerikan ini. Dalam wawancara video dengan EL PAÍS dari New York, ia menjelaskan, “Ada sesuatu yang sangat menarik tentang zombie. Ide kehilangan kehendak bebas dan dikendalikan oleh sesuatu yang eksternal saat kita masih hidup terasa sangat mengganggu.” Menariknya, parasit ini mereproduksi dengan memanipulasi neurokimia korbannya, mengubah mereka menjadi 'mayat hidup'.

Weisberger juga menjelaskan bahwa meski hubungan aneh ini telah ada selama jutaan tahun, entomologi masih belum sepenuhnya memahami bagaimana sebenarnya cara kerjanya. “Ilmuwan baru mulai menguraikan detailnya. Bagaimana mereka memanipulasi, jalur kimia apa yang mereka gunakan, mekanisme saraf apa yang terlibat — semuanya masih sangat misterius dan menarik,” kata Weisberger.

Istilah “parasit” sendiri berasal dari Yunani kuno, yang berarti “orang yang makan di meja orang lain”. Berbeda dengan hubungan simbiosis di mana kedua makhluk saling mendapat manfaat, pada parasit hanya satu yang diuntungkan. Contoh paling sinematik yang disebutkan Weisberger adalah siput zombie. Cacing Leucochloridium paradoxum memulai hidupnya dari kotoran burung, di mana telur-telurnya secara tidak sengaja tertelan oleh siput. Begitu berada di dalam, larva berkembang dan memanipulasi tentakel siput untuk menyerupai ulat, memaksa siput keluar dari tempat persembunyiannya ke terik matahari, di mana burung memakannya dan siklus pun dimulai kembali.

Sejak 500 juta tahun yang lalu, bukti awal hubungan parasit ditemukan di lautan, melalui fosil invertebrata bernama brachiopods. Para ahli parasit memperkirakan bahwa sekitar 40% dari 7,7 juta spesies hewan yang diketahui saat ini adalah parasit. Dari waktu ke waktu, strategi parasit ini telah berevolusi secara independen setidaknya 223 kali dalam sejarah.

Namun, ketika ditanya apakah parasit bisa mengendalikan manusia, Weisberger tegas menjawab, “Tidak, saya tidak berpikir kita perlu khawatir tentang pandemi zombie jamur.” Hal ini disebabkan suhu tubuh mamalia yang tinggi, yang tidak mendukung pertumbuhan jamur. Peneliti Oscar Soriano menambahkan bahwa kontrol parasit di otak mamalia adalah hal yang lebih rumit, serta bisa menjadi perdebatan menarik di antara para ilmuwan.

Hubungan antara parasit dan serangga zombie sangat spesifik dan telah mengalami jutaan tahun percobaan evolusi. Berpikir bahwa parasit unik dapat tiba-tiba mengendalikan otak manusia tidak masuk akal dari sudut pandang evolusi. Jadi, untuk saat ini, semut dan serangga lainnya adalah yang harus khawatir, sementara kita bisa bernafas lega.