NEW YORK (AP) — Bayangkan sebuah tempat yang seharusnya menjadi simbol kesehatan dan keselamatan terancam oleh kegilaan. Pada hari Jumat lalu, seorang pria menyerang markas CDC di Atlanta, melepaskan lebih dari 180 tembakan ke arah kampus dan merusak sekitar 150 jendela. Jendela yang diklaim ‘tahan ledakan’ ini pun tidak bisa diandalkan, dengan peluru menembus dan menyebar pecahan kaca ke dalam banyak ruangan.

Para petugas CDC mengungkapkan bahwa proses penggantian jendela dan pembersihan kerusakan ini mungkin memakan waktu berbulan-bulan. Yang lebih menyedihkan, penyerang, seorang pria asal Georgia, Patrick Joseph White, telah menjadikan vaksin COVID-19 sebagai kambing hitam atas depresi dan keinginannya untuk bunuh diri, serta menyebabkan kematian seorang petugas polisi dalam aksinya.

Meskipun tidak ada yang terluka di dalam CDC, insiden ini membawa dampak yang jauh lebih besar. White, 30 tahun, dihentikan oleh petugas keamanan CDC sebelum melanjutkan aksinya ke apotek terdekat, di mana ia kembali membuka tembakan. Nasibnya berakhir dengan kematian, tetapi pihak berwenang belum mengklarifikasi apakah ia dibunuh oleh polisi atau bunuh diri.

Dalam kunjungan ke kampus CDC pada hari Senin, Menteri Kesehatan AS Robert F. Kennedy Jr. melihat langsung kerusakan yang ditimbulkan. Petugas keamanan CDC menunjukkan jendela yang rusak di beberapa gedung. Kennedy juga mengunjungi Departemen Kepolisian DeKalb County untuk bertemu dengan kepala kepolisian dan menjalin komunikasi dengan istri petugas yang gugur, David Rose.

Dalam pernyataannya, Monarez, direktur CDC, menyebutkan bahwa setidaknya empat gedung CDC terkena tembakan. Selama pertemuan pimpinan CDC di akhir pekan, dua staf mencurahkan kekhawatiran mereka atas dampak jangka panjang insiden ini terhadap generasi ilmuwan muda, yang mungkin akan ragu untuk bekerja di pemerintahan.

“Saya khawatir ini akan menjadi pukulan generasi,” ungkap Stephan Monroe, mantan pejabat CDC. Dalam konteks ini, Tim Young, mantan karyawan CDC, berpendapat bahwa retorika negatif tentang vaksin dan kesehatan masyarakat selama bertahun-tahun telah menyebabkan masalah kesehatan mental dan kekerasan.

Di sisi lain, Dr. Jerome Adams, mantan jenderal bedah AS, menekankan pentingnya berhati-hati dalam berkomunikasi, mengingat dampak dari setiap kata yang diucapkan. “Ketika Anda membuat klaim yang telah terbukti salah berulang kali tentang keamanan dan efektivitas vaksin, itu dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan.”

Insiden ini tidak hanya mengguncang pusat kesehatan masyarakat, tetapi juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh para ilmuwan dan profesional kesehatan dalam melindungi diri mereka di tengah perdebatan vaksin yang semakin memanas.