Seorang pria yang dijatuhi hukuman karena menikam Salman Rushdie, yang mengakibatkan penulis tersebut kehilangan penglihatan di satu mata, telah dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun. Hadi Matar, yang berusia 27 tahun, dinyatakan bersalah atas percobaan pembunuhan dan penyerangan pada bulan Februari. Dalam persidangan tersebut, jaksa penuntut mencari hukuman maksimal selama 25 tahun untuk serangan yang terjadi pada Agustus 2022, bersama dengan tambahan tujuh tahun untuk melukai seorang pria kedua.

Selama persidangan, Sir Salman Rushdie mengungkapkan rasa ketakutannya ketika penyerang bersenjata pisau itu menusukkan senjatanya ke kepala dan tubuhnya lebih dari selusin kali. Serangan tersebut terjadi saat Rushdie, yang berusia 77 tahun, diperkenalkan di panggung Chautauqua Institution di New York untuk sebuah diskusi mengenai keselamatan penulis.

Dalam serangan itu, Sir Salman ditikam di bagian kepala, leher, torak, dan tangan kirinya, sehingga menyebabkan kerusakan pada hati dan ususnya. Penulis novel Midnight's Children ini menghabiskan 17 hari di rumah sakit di Pennsylvania dan lebih dari tiga minggu di fasilitas rehabilitasi di New York City, sementara ia pulih dari cedera yang dideritanya. Dalam memoarnya yang akan datang berjudul Knife, yang dijadwalkan rilis pada tahun 2024, Rushdie menulis tentang serangan tersebut dan proses pemulihannya.

Setelah vonis ini, Matar akan menghadapi persidangan selanjutnya terkait dengan tuduhan yang berhubungan dengan terorisme. Jaksa penuntut mengklaim bahwa pria berusia 27 tahun ini berusaha untuk melaksanakan fatwa yang telah ada selama beberapa dekade yang menyerukan kematian penulis tersebut. Fatwa itu diterbitkan pada tahun 1989 oleh pemimpin Iran saat itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, sebagai respons terhadap penerbitan novel Sir Salman yang berjudul The Satanic Verses, yang dianggap sebagai penghujatan oleh sebagian umat Islam, memaksa penulis kelahiran India tersebut untuk bersembunyi.

Pada tahun 1998, Iran mengumumkan bahwa mereka tidak akan menegakkan dekrit tersebut, yang memungkinkan Sir Salman untuk melakukan perjalanan dengan bebas selama 25 tahun terakhir.

Dalam persidangan mendatang, Matar mengaku tidak bersalah atas tuduhan memberikan materi kepada teroris, berusaha memberikan dukungan material kepada Hezbollah, dan terlibat dalam terorisme yang melampaui batas negara.