Pada malam hingga dini hari Minggu (18 Mei 2025), Rusia melancarkan serangan drone paling intensif terhadap Ukraina sejak dimulainya invasi penuh-skala pada tahun 2022. Serangan ini menandai eskalasi baru dalam konflik yang telah mengubah peta geopolitik Eropa dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang mendalam.

Menurut laporan dari Angkatan Udara Ukraina, Rusia meluncurkan total 273 drone peledak dan umpan dalam serangan yang berlangsung semalaman. Dari jumlah tersebut, 88 drone berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Ukraina, sementara 128 drone lainnya hilang, kemungkinan besar akibat gangguan elektronik yang digunakan oleh pihak Ukraina untuk mengacaukan sistem navigasi dan kontrol drone Rusia.

Gubernur Wilayah Kyiv, Mykola Kalashnyk, mengonfirmasi bahwa dalam serangan tersebut, satu wanita kehilangan nyawanya, dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka akibat perekaman serangan drone. Korban jiwa dan luka ini menambah deretan panjang kerugian yang dialami warga sipil selama konflik yang berkepanjangan ini.

Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah pertemuan langsung pertama antara pejabat Moskow dan Kyiv dalam beberapa tahun terakhir, yang berlangsung pada hari Jumat (16 Mei 2025). Sayangnya, pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan gencatan senjata, dan justru memicu serangan yang lebih agresif dari pihak Rusia.

Pada saat yang sama, situasi di Ukraina semakin memburuk dengan banyaknya laporan tentang kerusakan infrastruktur kritis akibat serangan drone dan serangan rudal yang terus berlangsung. Warga sipil terus merasakan dampak dari konflik ini, dengan banyak yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.

Seiring dengan meningkatnya ketegangan, komunitas internasional terus memantau situasi ini dengan seksama. Banyak negara telah menggelar pembicaraan untuk mencoba menengahi perdamaian dan menghentikan pertempuran yang semakin meningkatkan ketidakstabilan di kawasan tersebut.

Perkembangan ini menyoroti sifat kompleks dan berbahaya dari konflik yang berkepanjangan ini, di mana diplomasi dan dialog sering kali terhambat oleh tindakan militer yang agresif. Masyarakat internasional kini menghadapi tantangan untuk merespons situasi ini dengan cara yang dapat mendorong dialog dan mengurangi penderitaan rakyat Ukraina.