Pada kunjungannya ke Qatar baru-baru ini, mantan Presiden Donald Trump menerima hadiah berupa pesawat Boeing 747-8 yang dikenal dengan sebutan "istana terbang". Pesawat tersebut diterima secara resmi oleh Sekretaris Pertahanan, Pete Hegseth, untuk digunakan sebagai pesawat resmi Trump. Pengumuman ini dikeluarkan oleh Pentagon, yang menegaskan bahwa pesawat itu akan dimodifikasi agar memenuhi standar Air Force One yang digunakan untuk transportasi presiden.

Trump, dalam beberapa pernyataannya, tidak menunjukkan keprihatinan atas isu-isu etika yang muncul dari penerimaan pesawat tersebut. Dia bahkan menyebut bahwa menolak pesawat seharga miliaran dolar itu adalah tindakan "stupid" atau bodoh. Pertanyaan tentang dampak penerimaan pesawat dari pemerintah asing ini telah memicu perdebatan di kalangan anggota Kongres dan ahli hukum.

Pihak berwenang Qatar awalnya membantah bahwa pesawat itu adalah hadiah, menyebutnya sebagai "kemungkinan transfer pesawat untuk penggunaan sementara sebagai Air Force One." Namun, isu ini tetap menjadi sorotan, terutama setelah pemimpin Demokrat di Senat, Chuck Schumer, menyatakan bahwa penerimaan pesawat ini adalah "suatu hari gelap dalam sejarah" Amerika Serikat karena dianggap sebagai suap terbesar dari pemerintah asing dalam sejarah negara tersebut.

Menurut laporan, biaya untuk mengubah pesawat agar memenuhi standar Air Force One bisa mencapai lebih dari $1 miliar, hal ini membuat Demokrat berusaha memblokir transfer pesawat tersebut. Selain itu, para ahli juga mempertanyakan hukum yang berkaitan dengan hadiah dari pemerintah asing, yang dirancang untuk mencegah korupsi dan pengaruh buruk.

Dalam proses modifikasi, pesawat berusia 13 tahun ini membutuhkan peningkatan keamanan yang signifikan, termasuk perbaikan komunikasi untuk mencegah penyadapan dan kemampuan untuk menghadapi rudal. Beberapa sumber industri bahkan menyebutkan bahwa pesawat itu mungkin memerlukan pengawalan pesawat tempur dan dapat dibatasi terbang hanya di dalam wilayah AS kecuali jika peningkatan keamanan yang mahal dilakukan.

Senator Demokrat Tammy Duckworth mengungkapkan bahwa Amerika Serikat sebenarnya sudah memiliki dua pesawat Air Force One yang sepenuhnya operasional, sehingga tidak ada kebutuhan mendesak untuk memodifikasi pesawat Qatar tersebut. Pentagon hingga saat ini belum memberikan rincian mengenai biaya atau waktu yang diperlukan untuk modifikasi. Biaya modifikasi tersebut kemungkinan akan sangat besar mengingat biaya untuk membangun dua pesawat Air Force One baru saat ini sudah lebih dari $5 miliar.

Pesawat Air Force One yang saat ini digunakan mulai beroperasi sejak tahun 1990. Program Air Force One sendiri telah menghadapi penundaan berkepanjangan selama dekade terakhir, dengan pengiriman dua pesawat baru yang dijadwalkan untuk tahun 2027, yang merupakan tiga tahun lebih lambat dari jadwal awal. Pada bulan Februari lalu, Trump pernah mengunjungi pesawat Boeing Qatar di sebuah bandara di Florida, yang menandai awal dari kontroversi ini.