Inggris Serahkan Kedaulatan Pulau Chagos ke Mauritius, Memastikan Keberlanjutan Basis Militer
LONDON (AP) — Inggris menandatangani sebuah perjanjian pada hari Kamis untuk menyerahkan kedaulatan atas Pulau Chagos yang diperebutkan kepada Mauritius, sebuah langkah yang menurut pemerintah akan memastikan masa depan sebuah basis militer penting bagi keamanan Inggris, yang juga melayani kepentingan strategis Amerika Serikat.
Pulau-pulau yang terletak di Samudera Hindia ini merupakan lokasi basis angkatan laut dan pembom yang sangat penting di pulau terbesar, Diego Garcia. Basis ini telah menjadi komponen penting dalam berbagai operasi militer AS di seluruh dunia.
Menurut perjanjian tersebut, Inggris akan membayar Mauritius rata-rata 101 juta poundsterling (sekitar $136 juta) per tahun untuk menyewa kembali basis ini selama setidaknya 99 tahun ke depan. Pembayaran ini menunjukkan keterikatan Inggris untuk memastikan operasi basis tetap berfungsi dalam jangka panjang.
Perdana Menteri Keir Starmer menyatakan bahwa basis tersebut, yang dioperasikan oleh angkatan bersenjata AS, sangat penting bagi kontra-terorisme dan intelijen Inggris, serta menjadi “fondasi dari keselamatan dan keamanan kita di rumah.” Starmer menjelaskan, “Dengan menyetujui kesepakatan ini sekarang, dalam syarat kita, kita menjamin perlindungan yang kuat, termasuk dari pengaruh jahat, yang akan memungkinkan basis ini beroperasi hingga abad berikutnya, membantu menjaga keselamatan kita untuk generasi mendatang.”
Namun, kritik terhadap kesepakatan ini, yang masih perlu disetujui oleh Parlemen, berpendapat bahwa menyerahkan pulau-pulau yang telah menjadi wilayah Inggris selama dua abad berisiko menempatkan wilayah tersebut dalam pengaruh kekuatan asing seperti Rusia atau Cina. James Cartlidge, juru bicara pertahanan dari Partai Konservatif, menyebut kesepakatan ini sebagai “penyerahan total dan menjijikkan atas wilayah kita dan pengkhianatan fundamental terhadap kepentingan nasional Inggris.”
Perjanjian tersebut juga mencakup ketentuan untuk mendirikan dana amanah yang bertujuan untuk membantu masyarakat Chagossian yang telah diusir dari pulau mereka. Meski demikian, perjanjian ini tidak mewajibkan pemukiman kembali warga yang terdampak. Masyarakat Chagossian, yang telah berjuang selama bertahun-tahun untuk hak mereka kembali ke tanah kelahiran mereka, merasa perjanjian ini akan semakin menyulitkan mereka untuk pulang setelah Mauritius mengambil alih kendali.
Perjuangan mereka untuk kembali ke Chagos dikemukakan oleh Bernadette Dugasse dan Bertrice Pompe, dua aktivis Chagossian yang mengajukan tantangan hukum terbaru. Mereka menyatakan keprihatinan bahwa setelah transisi kekuasaan, hak-hak mereka untuk kembali akan semakin sulit untuk diwujudkan.
Konflik mengenai Pulau Chagos bukanlah hal baru. Pulau-pulau ini telah berada di bawah kendali Inggris sejak tahun 1814 dan dipisahkan dari Mauritius, mantan koloni Inggris, pada tahun 1965, tiga tahun sebelum Mauritius meraih kemerdekaan. Inggris mengusir sekitar 2.000 penduduk asli dari pulau-pulau tersebut pada tahun 1960-an dan 1970-an untuk memberikan ruang bagi pembangunan basis militer di Diego Garcia, yang telah mendukung operasi militer AS dari Vietnam hingga Irak dan Afghanistan.
Selama bertahun-tahun, Mauritius telah memperdebatkan klaim Inggris atas kepemilikan pulau-pulau ini, dan PBB serta pengadilan internasional teratas telah mendorong Inggris untuk mengembalikan Chagos kepada Mauritius. Pada tahun 2019, Mahkamah Internasional juga mengeluarkan pendapat tidak mengikat yang menyebut tindakan Inggris yang memisahkan Mauritus sebagai tindakan ilegal.
Starmer menegaskan bahwa “kita harus bertindak sekarang karena basis tersebut terancam.” Ia juga menyebut bahwa Mauritius mungkin akan mengajukan tuntutan hukum terhadap Inggris dalam waktu dekat, dan Inggris tidak memiliki “prospek realistis untuk sukses” dalam perundingan selanjutnya.
Departemen Pertahanan Inggris menyatakan bahwa perjanjian ini mencakup perlindungan kuat, termasuk zona eksklusi sepanjang 39 kilometer sekitar Diego Garcia, hak veto Inggris atas pembangunan di pulau-pulau lainnya, dan larangan terhadap kehadiran pasukan keamanan asing di pulau-pulau tersebut.
Negosiasi mengenai penyerahan pulau-pulau tersebut kepada Mauritius dimulai pada tahun 2022 di bawah pemerintahan Partai Konservatif, dan dilanjutkan setelah Partai Buruh di bawah kepemimpinan Starmer terpilih pada bulan Juli. Draf perjanjian ini dibentuk pada bulan Oktober, tetapi mengalami penundaan akibat pergantian pemerintahan di Mauritius dan perdebatan mengenai jumlah yang harus dibayar Inggris untuk menyewa basis tersebut.
Menanggapi kesepakatan ini, Sekretaris Negara Marco Rubio menyambut baik, menyatakan bahwa kesepakatan ini “mengamankan operasi jangka panjang, stabil, dan efektif” dari basis Diego Garcia, yang dianggap sebagai aset krusial untuk keamanan regional dan global.