Tegangan di Laut China Selatan: Tanggapan Tiongkok terhadap Kritik AS

MANILA, Filipina — Tiongkok telah mengkritik Amerika Serikat karena diduga memicu ketegangan di Laut China Selatan (LCS) setelah Duta Besar AS untuk Filipina, MaryKay Carlson, mengutuk tindakan yang dilakukan oleh Penjaga Pantai Tiongkok terhadap kapal-kapal Filipina yang sedang menjalankan misi lingkungan rutin di perairan yang disengketakan awal minggu ini.
Dalam sebuah unggahan di media sosial, Carlson menyatakan bahwa tindakan tersebut "secara sembrono membahayakan nyawa dan mengancam stabilitas regional." Pernyataan ini menyoroti ketegangan yang terus meningkat antara Tiongkok dan Filipina, yang keduanya mengklaim hak atas bagian-bagian Laut China Selatan yang kaya akan sumber daya alam ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, menanggapi situasi ini dalam sebuah briefing pers, menekankan bahwa AS seharusnya menghentikan provokasinya. Pernyataan Mao menekankan perlunya menjaga ketenangan dan stabilitas di kawasan tersebut, menentang apa yang dianggapnya sebagai intervensi asing dalam urusan regional.
Dalam konteks ini, sebuah foto yang dirilis oleh Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan (BFAR) serta Penjaga Pantai Filipina (PCG) menunjukkan sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok yang menggunakan meriam air terhadap kapal BFAR dekat terumbu Sandy Cay di Laut China Selatan. Insiden ini terjadi pada 21 Mei 2025 dan menjadi sorotan media setelah BFAR mengklaim bahwa kapal penjaga pantai Tiongkok tidak hanya menggunakan meriam air tetapi juga menabrak kapal pemerintah Filipina yang sedang mengumpulkan pasir untuk proyek penelitian.
Kejadian ini menggarisbawahi ketegangan yang ada di perairan yang kaya akan sumber daya alam ini, di mana beberapa negara, termasuk Filipina, Vietnam, dan Malaysia, bersaing atas klaim teritorial. Penjaga Pantai Filipina menegaskan bahwa mereka akan terus melakukan misi penelitian dan pemantauan di daerah tersebut, meskipun menghadapi tantangan dari kapal-kapal Tiongkok.
"AS seharusnya tidak menggunakan Filipina sebagai alat untuk menciptakan masalah di Laut China Selatan dan berhenti merusak perdamaian dan ketenangan di kawasan ini," kata Mao menekankan pentingnya dialog dan solusi damai dalam menyelesaikan sengketa yang ada.