Operasi Sindoor, yang merupakan respons militer India terhadap serangan teroris di Pahalgam, telah berhasil mengakibatkan tewasnya lebih dari 100 teroris. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan, Rajnath Singh, kepada para pemimpin oposisi pada Kamis sore. Operasi ini merupakan bagian dari upaya India untuk menanggapi serangan-serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris yang beroperasi dari wilayah Pakistan.

Dalam pernyataannya, Rajnath Singh menegaskan bahwa Sindoor adalah “operasi yang sedang berlangsung”, menunjukkan kesiapan militer India untuk merespons setiap kemungkinan eskalasi dari pihak Pakistan. Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah India lebih memilih untuk tidak melakukan tindakan militer lebih lanjut, namun akan memberikan respons yang tegas jika ada serangan dari pihak musuh.

Sumber yang tidak terkonfirmasi melaporkan bahwa Pakistan juga sedang mempertimbangkan untuk melakukan respons militer terhadap tindakan India ini. Sementara itu, pihak oposisi menyampaikan dukungan penuh kepada pemerintah dalam upaya menghadapi terorisme lintas batas. Ketua Kongres, Mallikarjun Kharge, mengatakan kepada wartawan, “Kami mendengar apa yang mereka katakan... mereka juga menyebutkan bahwa beberapa informasi harus tetap dirahasiakan. Kami katakan ‘kami semua mendukung pemerintah’.”

Briefing yang diadakan untuk semua partai berlangsung dengan suasana yang akrab. Menteri Urusan Parlemen, Kiren Rijiju, menyatakan bahwa semua pihak menunjukkan kedewasaan dan tidak terlibat dalam perselisihan. Pada Rabu malam, sumber pemerintah menyampaikan kepada NDTV bahwa sebanyak 70 teroris telah tewas dalam operasi ini.

Operasi Sindoor adalah serangan terkoordinasi yang berlangsung selama 25 menit, menggunakan senjata presisi seperti rudal SCALP dan bom HAMMER, yang menargetkan sembilan kamp teroris di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan (PoK). Target serangan ini meliputi markas dan kamp pelatihan kelompok teroris seperti Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Mohammed. Salah satu kelompok tersebut, yaitu Lashkar-e-Taiba, terlibat dalam serangan Pahalgam yang menewaskan 26 orang, sebagian besar merupakan warga sipil, dan Jaish-e-Mohammed sebelumnya terlibat dalam serangan Pulwama pada tahun 2019 yang menewaskan 40 tentara India.

Pemilihan target dilakukan berdasarkan “intelijen yang kredibel dan keterlibatan mereka dalam terorisme lintas batas”, kata Kolonel Sofiya Qureshi dari Angkatan Darat dalam konferensi pers pada hari Rabu. Ia juga mengonfirmasi bahwa tidak ada fasilitas militer Pakistan yang menjadi target dalam operasi ini, dan penjadwalan operasi dilakukan dengan cermat untuk meminimalkan korban sipil. Kolonel Qureshi didampingi oleh Komandan Sayap Vyomika Singh dari Angkatan Udara, yang menyatakan bahwa militer India siap jika militer Pakistan melakukan pembalasan.

Tindakan militer India terhadap kamp teroris di Pakistan terjadi dua minggu setelah serangan di Lembah Baisaran, yang merupakan lokasi wisata populer di Pahalgam, di mana 26 orang tewas, termasuk seorang pensiunan berusia 70 tahun dan seorang warga negara Nepal. Banyak dari korban ditembak pada jarak dekat di depan pasangan mereka, memicu kemarahan yang meluas di seluruh dunia. India, yang telah berulang kali menuduh Pakistan mendukung terorisme lintas batas, mengklaim memiliki bukti keterlibatan negara bagian Pakistan dalam serangan tersebut.

Islamabad membantah tuduhan tersebut dan menyerukan penyelidikan internasional. Namun, dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa minggu lalu, pemerintah Pakistan mendapatkan pertanyaan sulit mengenai kelanjutan operasi kelompok teroris seperti Lashkar yang masih aktif di wilayahnya.

Sebelumnya, India juga mengumumkan serangkaian langkah non-militer terhadap Pakistan, termasuk penangguhan beberapa jenis visa dan menangguhkan perjanjian penting 1960 Indus Waters Treaty (IWT). IWT membagi sungai Indus dan lima anak sungainya antara India dan Pakistan, serta memberi makan hampir 80 persen pertanian Pakistan. Penangguhan perjanjian ini dianggap sebagai ‘tindakan perang’ dan Pakistan membalas dengan menangguhkan Perjanjian Simla 1972 yang menentukan Garis Kontrol.

Sejak serangan di Pahalgam, Pakistan juga telah melakukan tembakan lintas batas setiap hari. Hingga saat ini, 13 orang, termasuk seorang prajurit, telah tewas akibat serangan tentara Pakistan yang menargetkan sektor-sektor seperti Uri, Kupwara, Baramulla, dan Akhnoor, yang terletak di seberang Garis Kontrol (LoC). Pemerintah India menyatakan bahwa Angkatan Darat India memberikan respons yang proporsional terhadap provokasi tersebut.